The
Mist of Romantic Corner [ Part 5 ]
Ramsau Bei Berchtesgaden, sore hari.
Pemandangan
danau Hintersee saat cuaca dingin memang paling indah. Permukaannya terlihat
berkabut. Pemandangan disekelilingnya pun tak kalah menakjubkan. Pohon-pohon
pinus yang besar berjejer rapi dan panorama gunung Watzmann menjadi latar
belakangnya. Marcus berjalan-jalan dipinggir hutan disekitar danau itu. Inilah
salah satu keuntungannya menjadi Strigoi. Dia bisa menikmati pemandangan alam
yang sangat indah disiang hari. Tak seperti para Moroi yang harus bersembunyi
dari sinar matahari karena bisa membunuh mereka dalam sekejap.
Marcus
berhasil melacak gadis itu dari Edinburgh hingga ke Munich. Dan kemarin saat ia
kembali ke Transylvania, Dougal menyuruhnya untuk membunuh gadis itu sebelum
dia menyadari kekuatannya yang sangat berbahaya bagi kelangsungan hidup
Strigoi. Tapi ada yang mengganggu pikirannya saat ia mengendus keberadaan Jay
di Edinburgh yang lokasinya tak jauh dari gadis itu.
“Sedang
apa Jay saat itu? Mungkinkah ia menemui gadis itu dan memperingatinya?”
gumamnya pelan. Dia merahasiakan soal Jay dari Dougal dan Decebal. Sebenarnya
ia tidak ingin Dougal ataupun Decebal terlalu cemas soal gadis itu karena
kenyataannya gadis itu memang terlihat seperti manusia biasa dan tidak
berbahaya bagi kaumnya.
“
Benarkah dia memiliki darah Strigoi?” Marcus bergumam lagi. Karena cemas dengan
ramalan Lad, Decebal memerintahkan untuk memusnahkan semua Dhampir yang
terlahir kedunia. Hampir semua Dhampir yang ia bunuh merupakan anak Moroi dan
manusia, tapi gadis itu berbeda. Kalau saja, ia tidak sengaja berpapasan
dengannya saat tur malam di Edinburgh Vaults mungkin keberadaan gadis itu akan
luput dari penciuman para Strigoi.
“Tapi
para Moroi tidak bisa mencium darah Strigoinya. Mereka mengira dia hanya
manusia biasa” Marcus masih bergumam sendirian sambil berdiri ditepi danau yang
sepi.
“Oke,
ini aneh. Dan sangat membingungkanku” lanjutnya lagi. Marcus menendang kerikil
kecil kedalam danau. Wajahnya terlihat kesal. Dia paling tidak suka kalau dibuat
bingung. Dan Lad selalu berhasil membuatnya bingung dengan ramalan-ramalannya.
Dan
kini, ia berhasil melacak keberadaan gadis itu di Berchtesagdener Land. Marcus
cukup senang gadis itu malah pergi ke tempat yang lebih sepi dari Munich. “Akan
lebih mudah membunuhnya disini, tanpa menimbulkan kegegeran yang berarti” ujar
Marcus senang.
#####
Berchtesgaden, menjelang malam
“Ebert!”
Mo meneriakkan nama Ebert saat ia menuruni tangga utama dari lantai dua menuju
ruang tengah yang cukup besar.
“Ebert!”
panggilnya lagi karena kepala pelayannya itu belum menjawabnya. Wajah Mo
terlihat cemas seakan ada hal buruk yang akan menimpanya sebentar lagi.
“Iya
Tuan Muda” Ebert datang dengan langkah tergesa dari arah koridor yang menuju
teras belakang. Dia bisa melihat kekhawatiran diwajah Mo dan itu pasti karena
masalah yang sangat serius. Mo memberi isyarat untuk mengikutinya ke ruang
kerja ayah Mo yang terletak di pojok koridor satunya. Mereka berdua pun bergegas
menuju kesana.
Ebert
menutup pintu ruang kerja dan menguncinya saat keduanya sudah masuk kedalam. Mo
menuju lemari buku kaca besar berukuran hampir dua meteran. Dia menggeser
beberapa buku dari tempatnya seakan sedang mengacaknya namun sebenarnya ia
sedang membuka kunci kombinasi khusus yang hanya diketahui olehnya dan Ebert.
Tak lama kemudian lemari itu bergeser dan terlihat sebuah pintu dibelakangnya.
Mo membuka pintunya lalu masuk diikuti oleh Ebert.
“Mereka
ada di Ramsau” kata Mo saat ia menuruni tangga memutar. Dibalik pintu itu ada
sebuah tangga memutar untuk menuju ke lorong ruang rahasia bawah tanah. Ruangan
pertama yang berada di lorong itu merupakan ruangan yang cukup luas yang
terbuat dari batu-batu yang kokoh dan memiliki sebuah pintu besi yang cukup
kuat. Didalamnya ada beberapa rantai dan borgol. Ruangan itu memiliki sebuah
jendela kecil berjeruji besi seperti sebuah penjara.
Tak jauh dari ruangan
tadi, ada ruangan lain yang lebih besar dan hanya diterangi oleh lampu-lampu
kecil sehingga membuatnya semakin temaram. Ruangan itu juga terbuat dari batu
yang kokoh tapi tidak ada jendela sama sekali.
Ebert
menyebut ruang2 rahasia dibawah itu sebagai Wolf Treffpunkt atau Wolf Haunted
karena ruangan itu cukup menyeramkan dan menjadi tempat persembunyian bagi
generasi keluarga Jung saat mereka berubah menjadi Lycan.
“Mereka?
Lebih dari satu orang kah?!” tanya Ebert sambil mengikuti Mo masuk ke ruangan
yang tak berjendela. Mo langsung menuju lemari besi berukuran besar yang berada
disudut ruangan, kemudian memutar kunci kombinasinya. Didalam lemari besi itu
terdapat banyak senapan dan juga peluru. Mo mengeluarkan beberapa diantaranya
dan meletakkannya diatas meja.
“
Banyak. Menurut penciumanku” jawab Mo datar. Ebert bergidik. Selama ini belum
pernah ada begitu banyak mahluk itu di Berchtesgadener Land. Kenapa tiba-tiba
mereka jadi berdatangan kesini?
“Menurut
Anda untuk apa mereka kemari?”
“Entahlah”
Mo tidak ingin memberitahu Ebert bahwa yang datang ke Ramsau bukan seperti
mahluk yang biasa ia buru selama ini. Mereka lebih kuat dan berbahaya. Mereka
seperti mahluk yang 18 tahun lalu membunuh ayahnya. Mahluk berdarah dingin yang
mungkin tidak akan bisa ia bunuh dengan mudah. Tapi untuk apa mereka kembali ke
Berchtesgadener Land setelah sekian lama? Mo bertanya dalam hati.
“Apa
pun yang terjadi, kau harus tetap menjaga rumah ini. Aku akan mencegah mereka
memasuki kota ini” Mo berkata serius sambil menyiapkan senapan-senapannya
“Anda
akan ke Ramsau?”
“Iya.
Saat ini mereka belum beraksi. Tapi aku sudah harus bersiap-siap menghadapi
mereka”
“Kumohon
jangan ke Ramsau. Tetaplah disini bersama kami” pinta Ebert. Baru kali ini ia
memohon pada Mo agar tidak pergi memburu para mahluk itu. Ebert mempunyai
firasat yang tidak baik tentang hal ini. Dia tidak ingin hal buruk menimpa Mo.
“Aku
harus pergi. Gadis itu ada di Ramsau” ujar Mo keceplosan.
“Eh?
Gadis itu? Gadis yang mana?” tanya Ebert heran karena alasan Mo ke Ramsau juga
karena keberadaan seorang gadis.
“Turis
yang aku selamatkan kemarin”
“Kenapa
dengan gadis itu?”
“Aku
merasa mereka datang ke Ramsau untuk membunuh gadis itu karena mereka gagal
membunuhnya kemarin” Mo mengungkapkan pendapatnya. Dia merasa gadis itu
memiliki sesuatu yang aneh. Gadis itu mungkin hanya seorang manusia biasa tapi
gadis itu memiliki aura yang aneh. Mo merasakannya saat mencium gadis itu.
Auranya hangat tapi juga sejuk. Dan mungkin bagi mereka, gadis itu sangat
berbahaya.
“Mungkinkah
mereka melakukan hal itu?” Ebert setengah tak percaya butuh sekawanan mahluk
haus darah datang ke Berchtesgadener Land demi membunuh seorang gadis manusia.
Padahal biasanya mereka bisa dengan mudah membunuh manusia seorang diri.
“Mungkin
saja. Gadis itu sudah mengetahui keberadaan mereka dan kalau dia
menceritakannya pada orang lain itu akan menjadi masalah bagi kelangsungan
hidup mahluk2 itu.” Mo masih tidak ingin mengungkapkan alasannya sebenarnya.
Dia berusaha menghindari bertatapan dengan Ebert karena pria itu pasti tahu
kalau ia menyembunyikan sesuatu. Dan Ebert memang tahu. Namun ia tidak mau
mendesak Mo lebih jauh. Dia yakin Mo sudah memikirkannya dengan matang. Dia
akan mendukungnya.
“Jaga
dirimu Tuan” kata Ebert setengah memohon.
“I
will. Kau juga Ebert. Aku mengandalkanmu untuk menjaga rumah ini” balas Mo
sambil terseyum. Dia benar-benar bersyukur memiliki Ebert disampingnya. Mo
memasukkan beberapa senapan dan banyak peluru kedalam sebuah tas berukuran
besar. Ebert membantunya.
“Bawa
ini dan persenjatai yang lain. Jangan keluar rumah saat malam. Kunci semua
pintu dan jendela.” Mo memberikan intruksinya. Ebert mengangguk paham lantas
menutup retsleting tas itu dan membawanya keluar dari ruangan itu. Mo masih
berada didalam ruangan. Ia duduk dikursi sambil meletakkan sikunya dimeja. Dia
mengatupkan kedua telapak tangannya mengambil posisi seperti orang yang sedang
berdoa.
“Aku
tahu aku mungkin bukan orang yang layak mendapat perlindunganmu. Tapi aku
mohon, lindungilah mereka yang tidak bersalah. Jangan biarkan mahluk2 itu
menyakiti mereka. Please” katanya sambil memejamkan mata. Setelah itu dia pun
bangkit dan mengambil senjata favoritnya yaitu kapak berukuran sedang yang
sangat tajam. Dia harus bergegas ke Ramsau untuk membuktikan intuisinya tentang
gadis itu.
#####
Parish Church St. Sebastian, Ramsau bei
Berchtesgaden
JMin
baru saja menyelesaikan misa malam bersama beberapa jemaat gereja St.
Sebastian. Hatinya menjadi lebih tenang setelah berinteraksi dengan Tuhan lewat
doa. Peristiwa penyerangan vampir malam itu cukup membuatnya ketakutan. Disini,
di ujung tanah Jerman, dia tidak punya siapa pun yang bisa melindunginya bila vampir
itu menyerang lagi. Makanya dia memohon perlindungan Tuhan.
JMin
tadinya berniat melaporkan peristiwa itu pada pihak berwenang, tapi dia yakin
tidak ada yang percaya ceritanya tentang serangan vampir. Mereka pasti akan
menganggapnya gila. Dan tentang Mo, JMin kembali memikirkan pria itu. Pria aneh
yang telah menyelamatkannya tapi kemudian hilang begitu saja seperti hantu tadi
pagi. JMin tidak tahu darimana asalnya dan mengapa tinggal dihutan seorang
diri. Wajahnya bersemu merah ketika teringat kembali peristiwa saat Mo
menciumnya.
“Kenapa dia menciumku
sih?” gumamnya pelan sambil mengerucutkan bibirnya. Dia kesal setengah mati
saat Mo menciumnya secara mengejutkan dan sempat berpikiran buruk tentang Mo.
Namun, ia berusaha menghilangkan pikirannya itu karena Mo sudah
menyelamatkannya. “Yah~ anggap saja ciuman itu sebagai ucapan terimakasihku”
gumamnya pelan. JMin memegang ujung sweater hitam milik Mo yang sedang ia
kenakan.
“Aku
harus mengembalikan sweater ini padanya” batinnya. JMin pun kemudian beranjak
dari kursi dan menuju pintu keluar. Jalanan kota Ramsau agak licin karena
salju. Malam itu jalanan agak sepi karena orang2 lebih memilih menghangatkan
diri dirumah daripada berkeliaran diluar saat cuaca dingin. JMin
menggosok-gosokkan kedua telapak tangannya membuat dirinya lebih hangat. Dia
menyesal tidak mengenakan mantel dan sarung tangannya karena semakin malam
ternyata udara menjadi lebih dingin.
Dia
melangkah perlahan menyusuri jalanan sepi dari gereja ke hotelnya. Seseorang
menariknya saat ia melewati sebuah lorong kecil yang sepi dan agak gelap. Orang
itu memeluk JMin dari belakang sambil membekap mulutnya dengan tangannya. JMin
menggeliat berusaha melepaskan diri dari orang itu tapi orang itu membekap
sangat kuat. JMin bisa merasakan kuku-kuku tajam orang itu menyentuh kulitnya.
“Finally
I found you!” gumam orang itu. JMin menoleh sekilas kearah orang itu. seorang
pria yang mungkin sebaya dengan Mo memiliki rambut coklat dan bermata ungu
terang. Pria itu menyeringai dan menunjukkan gigi taringnya pada JMin.
“Vampir!”
seru JMin dalam hati. JMin meronta semakin keras namun tampaknya usahanya
melepaskan diri tidak begitu berarti bagi pria itu. Dia masih membekap JMin
dengan kuat.
“Sekarang
kita lihat apa yang akan terjadi padamu bila aku menggigitmu” kata pria itu
sambil menunjukkan taringnya.
“Sebaiknya
kau tidak melakukan itu” tiba-tiba sesosok pria muncul dari kegelapan lorong.
Pria itu mendekat perlahan kearah mereka berdua. Ada kelegaan diwajah JMin
ketika pria itu datang. Tapi kemudian pria asing itu juga menyeringai dan
menunjukkan taringnya.
“Cih!
Memangnya kenapa?” pria yang membekap JMin terlihat kesal karena acaranya
makannya diganggu.
“Apa
kau tidak bisa menciumnya? Dia Lycan!” pria yang baru datang melotot kearah
JMin. Pria yang membekap JMin mengendus-endus disekitar leher JMin. “baunya
memang seperti Lycan” katanya dalam hati.
“Cih!
Kau hanya memperdayaiku Jay! Kau ingin menginginkan gadis ini kan?! Aku
melihatmu di Edinburgh!” pria yang membekap JMin makin terlihat kesal. Kini dia
mengancam JMin dengan kuku-kuku tajamnya. Tatapan Jay tak lepas dari gerakan
pria itu. Jay akan menyeringai bila pria itu mulai bersikap membahayakan JMin.
JMin
memandang kearah Jay. Pria itu tampak tak asing baginya. “Ah! Aku pernah
bertemu dengannya di Edinburgh!” kata JMin dalam hati. Dia ingat pernah bertemu
dengan Jay saat ia merasa diikuti seseorang ketika pulang kerja larut malam.
JMin tidak menyangka bahwa Jay adalah seorang vampir.
“Terserah!
Sekarang lepaskan dia!” Jay menyerang pria itu dengan kuku-kukunya yang tajam.
Dengan gesitnya pria itu menghindar dari serangan Jay. Jay berusaha melepaskan
JMin dari pria itu. dia menepis tangan pria itu dari leher JMin, menarik JMin
menjauh darinya lantas menendang perut pria itu. Pria itu pun jatuh tersungkur
ditanah.
“Sebaiknya
kau menahan napasmu” kata Jay sambil memposisikan diri hendak menggendong JMin.
“Eh?
Apa maksud…” belum sempat JMin menanyakan maksud perkataan Jay tadi, pria itu
sudah menggendong JMin dan melakukan flit meninggalkan lorong itu. Jay membawa
JMin ke belantara hutan Berchtesgaden menjauhi kota. Dia hanya memerlukan waktu
sepersekian detik untuk mencapai tempat itu bila melakukan flit. Dia menurunkan
JMin perlahan yang tampak linglung dan seperti ingin muntah. Bulan purnama
bersinar terang menyinari hutan Berchtesgaden. Suasana hutan malam itu terasa
dingin dan membuat merinding seakan sebentar lagi ada pertumpahan darah.
“Sudah
kubilang untuk menahan napasmu” kata Jay sambil memegangi JMin agar gadis itu
tidak roboh.
“Apa
itu tadi?” JMin mendelik kearah Jay. Dia masih tampak linglung tapi sudah bisa
berdiri tegak.
“Kenapa
kau berbau seperti Lycan?” Jay tidak menjawab pertanyaan JMin dan malah
mengendusnya seperti yang dilakukan pria tadi. JMin mendorong tubuh Jay, merasa
risih diendus seperti itu oleh orang lain.
“Apa-apaan
kau ini?” omel JMin
“Seriously,
kau berbau seperti Lycan itu! Apa yang terjadi?” seru Jay. Wajahnya terlihat
panik. Dia tetap mengendus JMin meski gadis itu protes.
“Apa
maksudmu sih? Lycan? Berhenti mengendusku seperti aku ini kotoran saja!”
“Baju
ini bukan punyamu kan?!” Jay menarik sweater yang dipakai JMin pelan tapi
dengan cepat ia menarik kembali bagian sweaternya yang ditarik Jay. Jay
memandangi JMin dari atas kebawah. Sweater itu tampak kebesaran saat JMin
memakainya. “Mungkin sweater ini milik Lycan itu, makanya dia jadi berbau
seperti Lycan itu” pikir Jay.
“Bukan
urusanmu!” bentak JMin. Dia kesal sekali karena Jay mengendusnya seperti tadi
dan mengoceh soal Lycan yang dia sendiri tidak tahu apa maksudnya. “Lycan?
Lycan itu sama dengan werewolf kan?! Aku
berbau seperti werewolf? Masa?!” kata JMin. Dia pun mengendus dirinya sendiri.
Tapi dia tidak mencium apa-apa selain bau parfumnya. Kemudian tersentak saat
dia menyadari kalau ia memakai sweater milik Mo.
“Mo!
Sweater ini milik Mo! Jadi Mo adalah…… Lycan?” batin JMin tidak percaya. Jay
adalah vampir dan dia berkata bau JMin seperti Lycan. Dia tidak mungkin Lycan,
jadi satu-satunya alasan yang masuk akal adalah, karena Mo yang Lycan dan dia
berbau seperti Lycan karena memakai sweater Mo.
“Mereka
datang!” Jay memposisikan diri didepan JMin dan bersiap menghadapi serangan.
Lalu kemudian sekelebat bayangan hitam muncul satu-satu mengelilingi mereka.
JMin bisa melihat sekawanan vampir haus darah seperti yang menyerangnya kemarin
mulai mendekat kearah mereka. Ekspresi mereka masih sama, menyeramkan dengan
mata hitam pekat dan taring-taring tajam, menyeringai kearah JMin seperti
pemburu yang sedang memandangi mangsanya yang tidak berdaya. Tanpa disadarinya,
JMin memegang mantel Jay dengan kuat. Dia benar-benar ketakutan saat ini. Entah
apa yang sudah dilakukannya sampai sekawanan vampir haus darah ingin
membunuhnya.
“Berikan
dia padaku, Jay. Percuma, kau tidak akan bisa melawan kami” Pria yang tadi
membekap JMin maju ketengah. Berbeda dengan vampir2 haus darah tadi, pria itu
dan juga Jay memiliki mata berwarna ungu dan taring yang lebih kecil. Tapi para
vampir haus darah itu tampak segan padanya.
“Kau
pikir aku akan melakukan itu, Marcus?” Jay menjawab dengan lantang. Para vampir
disekeliling mereka menyeringai, tapi Marcus tetap terlihat tenang.
“Jadi
kau akan melindungi gadis itu? Hal yang menarik. Tapi kau sendirian sekarang”
Marcus tertawa mengejek seolah mengejek Jay karena melindungi orang yang tidak
pantas ia lindungi.
“Apa
maksudmu sendirian?” kemudian muncul lagi seseorang dari arah samping Jay. Dia
memakai longcoat putih dengan rambut blonde. Sama seperti Marcus dan Jay, orang
itu juga bermata ungu. Orang itu berjalan dengan santai tanpa menghiraukan para
vampir haus darah yang ada disekelilingnya. Para vampir itu hanya bisa
menyeringai kearah orang itu. Mereka seperti takut atau segan untuk menyerang
pria itu seakan ia juga memiliki kekuasaan seperti Marcus. JMin bisa mengetahui
bahwa Marcus, Jay atau juga orang yang baru muncul tadi bukan vampir
sembarangan.
“Reus!
Aku tidak heran bila kau berpihak pada Jay” seru Marcus. Reus menatap sinis ke
arah JMin sejenak tapi kemudian berdiri disamping Jay dan bersiap untuk
menghadapi serangan. Marcus memberi isyarat pada para vampir itu untuk
menyerang mereka. Mereka pun mulai menyerang bersamaan. Reus menahan serangan
vampir haus darah itu dengan lengan kanannya. Ada lebih dari tiga vampir yang
menyerangnya dari segala arah.
Marcus
langsung menyerang kearah Jay dan hendak merebut JMin dari perlindungan Jay.
Dia berhasil menjatuhkan Jay kemudian menarik tangan JMin dan membawanya
menjauhi pertarungan.
“Lepaskan
aku!” JMin meronta berusaha melepaskan pegangan Marcus tapi Strigoi itu
memegangnya dengan kuat. Dia berusaha memelintir tangan Marcus dan hendak
menjatuhkannya dengan salah satu jurus taekwondonya tapi Marcus tidak bergeming
sama sekali. Seakan bobot tubuhnya sangat berat. JMin yang malah merasakan
kesakitan karena jurusnya tidak berhasil
“Kau
jangan pernah mencoba melawanku” kata Marcus sambil melotot pada JMin. Marcus
berhasil menjauhkan JMin dari Jay. Jay hendak mengejar keduanya tapi lima orang
Moroi menyerangnya bersamaan. Langkahnya jadi terhenti. Dia melihat Marcus
sudah membawa JMin dari tempat itu dan memanggil Reus.
“Reus!
JMin!” dia memberi intruksi pada Reus yang tampak sudah bisa mengendalikan
pertarungan dengan para Moroi itu. Hampir semua Moroi yang menyerangnya tadi
telah tewas, kini dia tinggal menghadapi satu lagi. Dengan mudah, Reus membunuh
Moroi itu. Dia merobek leher Moroi itu dengan kuku-kuku tajamnya. Reus menoleh
kearah Jay kemudian mengangguk. Dia pun meninggalkan Jay yang masih bertarung
dengan sekawanan Moroi dan mengejar Marcus.
“Tidak
secepat itu, Marcus” Reus melakukan flit singkat untuk mengejar Marcus. Baginya
itu sangat mudah. Dia bisa menebak jalan pikiran Marcus yang tidak akan
repot-repot melakukan flit sambil membawa seorang manusia. Marcus masih
mementingkan hal konservatif semacam itu.
Dia
menendang tangan Marcus agar pegangannya pada JMin terlepas kemudian dia
menendang leher Marcus dan menjatuhkan Strigoi itu. Marcus pun roboh, tapi dia
bangkit dengan cepat. Perkelahian pun terjadi diantara keduanya. Tidak seperti
para Moroi yang menyerang secara membabi buta, Reus dan Marcus saling menyerang
dengan jurus-jurus yang sangat teratur dan disiplin. JMin mengamati perkelahian
mereka. Dia tidak tahu seni beladiri mana yang digunakan keduanya tapi gerakan
mereka sangat bagus dan sulit. Keduanya tidak asal memakai kuku dan taring
mereka tidak seperti para Moroi haus darah itu.
Marcus
berhasil mendesak Reus. Reus pun roboh saat Marcus membantingnya dengan keras
kemudian melemparkan dia kearah sebuah batu besar. Reus terlihat agak sulit
untuk bangkit karena kepalanya terbentur cukup keras. Darah segar mengucur dari
dahinya. Tapi wajah Reus tampak tidak kesakitan. JMin berlari menghampiri Reus.
“Kau
tidak apa-apa?” wajahnya terlihat sangat cemas. Dia membantu Reus berdiri tapi
kemudian Reus menepis tangan JMin.
“Jangan
dekati aku” katanya sambil mendelik kearah JMin. JMin terkejut Reus tidak ingin
ditolongnya seakan pria itu membencinya. Marcus mendatangi mereka dengan cepat.
Dia mendorong JMin dengan bahu tangan kanannya hingga gadis itu terlempar
beberapa meter kebelakang. Kemudian dia memegang leher Reus dan mencekiknya
dengan kuat,
“Kau
tidak bisa membunuhku, Reus!” serunya sambil mencekik Reus makin kuat. Reus
berusaha menendang perut Marcus tapi tenaganya melemah karena Marcus
menggunakan kuku-kuku tajamnya yang beracun saat mencekik Reus.
“Tapi
aku bisa” secepat kilat Mo menebas leher Marcus dengan kapaknya. Kepala Marcus
pun terlepas dari tubuhnya. Seketika itu pula tubuhnya terbakar api berwarna
kebiruan. Mo mengambil kepala Marcus kemudian melemparkannya kedalam kobaran
api biru itu. Dia dan Reus memandang kobaran api itu tanpa ekspresi. Kemudian
Mo menghampiri JMin yang masih berusaha bangkit karena Marcus tadi melemparnya
dengan cukup keras. Dia membantu gadis itu untuk berdiri.
“Reus!”
Jay baru saja datang saat kobaran api biru yang tadi membakar tubuh Marcus itu
sudah reda. Dia memandang kobaran dengan prihatin. Kemudian ia menoleh kearah Mo
dan melotot padanya.
Mo tahu dia tidak akan
bisa begitu saja melarikan diri dari tempat itu. Dia pun memegang tangan JMin
dan mengisyaratkan JMin agar berlindung dibelakangnya saat Jay dan Reus
mendekati mereka.
“Serahkan gadis itu
padaku” kata Jay sambil menyeringai kearah Mo. Terlihat sekali kalau Jay tidak
suka pada Mo. Apalagi saat JMin berada didekatnya. Sikapnya seperti seorang
kekasih yang cemburu pada pria lain yang mendekati kekasihnya.
“Aku rasa kita impas”
sahut Mo dengan santai sambil menoleh sekilas kearah Reus yang baru saja ia
selamatkan. Mo ingat, 18 tahun lalu Jay dan Reus lah yang menyelamatkannya dari
serangan Lycan yang tak lain adalah ayahnya sendiri. Penampilan keduanya tidak
jauh berbeda dari 18 tahun lalu.
“Aku tidak butuh
pertolonganmu. Marcus tidak bisa membunuhku” kata Reus enteng. Sesama Strigoi
memang tidak bisa saling membunuh. Mereka seperti mempunyai sebuah ikatan darah
yang sudah terjalin sejak ratusan tahun lalu. Mereka hanya bisa saling
menyakiti tapi tidak akan pernah bisa saling membunuh. Reus malah bergidik
ngeri karena satu ramalan Lad telah terbukti. Seorang Lycan akan membunuh
Strigoi. Dan itu baru saja terjadi saat Mo berhasil membunuh Marcus dengan
mudah.
“Aku tidak akan
menyerahkan gadis ini” Mo menekankan kata-katanya. Dia memandang Jay dan Reus
serius sambil tetap memegang tangan JMin. Perkiraannya benar. Pasti ada sesuatu
pada gadis itu sehingga Strigoi seperti Jay dan Reus mencarinya. “Dia bukan
gadis manusia biasa” batinnya
JMin memegang tangan Mo
dengan erat. Dia bersyukur Mo ada didekatnya untuk melindunginya. Meski Jay dan
Reus sudah menyelamatkannya dari Marcus tapi mereka juga adalah vampir. Sedangkan
Mo, meski JMin tahu ia ternyata adalah seorang Lycan, tapi Mo pernah
menyelamatkannya dan tidak akan menyakitinya.
Jay bersiap menyerang
Mo. Dia tidak akan membiarkan Lycan itu mendekati JMin apapun alasannya. JMin
hanya miliknya dan dia tidak akan membiarkan siapa pun merebutnya. Tapi kemudian
Reus mencegahnya, wajah Reus tiba-tiba berubah panik.
“Mereka datang” katanya
pelan. Jay dan Reus pun berbalik. Lalu sekawanan Moroi yang lebih banyak
berdatangan dari segala arah membentuk lingkaran besar dan mengelilingi mereka.
Jay dan Reus mundur perlahan dan kini malah memposisikan diri untuk melindungi
Mo dan JMin dari sesuatu yang akan datang sesaat lagi. Sesuatu yang mengerikan.
Lebih mengerikan dari Marcus dan kawanan Moroi-nya tadi.
Sekelebat bayangan
muncul dari balik kawanan Moroi itu dan berdiri ditengah lingkaran tak jauh
dari tempat mereka berdiri. Tiga pria muncul dari bayangan itu. Satu orang
berdiri agak kedepan layaknya seorang pemimpin. Dua lainnya berada disamping
kiri dan kanannya dan berdiri tak jauh darinya. Berbeda dengan pria yang berada
disamping kanan yang terlihat sebaya dengan Marcus, pria yang berada disamping
kiri dan didepan terlihat berusia lebih tua dari Jay dan Reus. Dan ketiganya
juga memiliki mata berwarna terang.
“Aku tidak mengira kau
bisa mengalahkan Marcus dengan mudah” Pria yang berada didepan mulai berbicara.
Dia menoleh sekilas kearah Mo.
“Dan perkiraanku benar.
Kalian berdua datang kesini untuk gadis itu” pria itu kemudian memandang Jay
dan Reus bergantian. Meski sama-sama Strigoi, tapi Jay dan Reus bersikap
waspada saat ketiga orang itu datang. Mereka bertiga berada dipihak Marcus yang
datang ke Berchtesgaden untuk membunuh Mo dan JMin yang menurut mereka akan
menghambat rencana mereka untuk menguasai dunia.
“Apa istimewanya gadis
itu sampai kalian memilih untuk mengkhianati kaum kalian sendiri?” Pria itu
melotot. Para Moroi menyeringai saat mendengar perkataannya. Mereka seperti
marah karena Jay dan Reus tidak berada dipihak mereka dan malah melindungi
seorang manusia.
JMin sungguh tidak
mengerti atas apa yang ia alami malam ini. Dia terkejut ternyata dirinya adalah
sasaran para vampir itu. Dia menyesali kepergiannya ke Berchtesgaden yang sepi.
Seharusnya ia tetap berada di Munich yang ramai hingga mungkin para vampir itu
tidak berani menyerangnya. Tapi dia malah pergi ke Berchtesgaden yang dingin
dan sepi, jauh dari orang-orang yang menyayanginya dan bisa melindunginya.
Bahkan ia tidak bisa meminta pertolongan pada manusia lain.
“Kau juga tahu dia
istimewa, Decebal. Kalau tidak, mana mungkin kau jauh-jauh datang kesini kan?!”
Jay membalas. Reus tersenyum menyeringai ketika Jay mengatakan itu. Decebal
mendelik tapi kemudian berusaha bersikap tenang lagi.
“Kalian tidak akan bisa
menghalangi kami untuk membunuh gadis itu” Dougal-pria yang sebaya dengan
Decebal mulai berbicara. Sedari tadi tatapannya tak lepas dari JMin. Seperti
seekor harimau yang sedang mengawasi mangsanya.
“Coba saja!” seru Jay
dengan lantang. Dia pun mulai menyerang Decebal. Decebal bereaksi dan memberi
isyarat pada kedua temannya untuk menyerang mereka. Dougal memberi perintah
pada para Moroi untuk menyerang Jay dan Reus.
“Aku akan membalaskan
kematian Marcus pada Lycan itu!” seru Max-pria yang sebaya dengan Marcus.
Dougal mengangguk. Max pun bergerak kearah Mo dan JMin. Perkelahian sengit
tidak terhindarkan lagi. Jay dan Reus melawan Decebal dan Dougal serta kawanan
Moroi-nya. Sementara Max melawan Mo dengan amarah dan dendam yang luar biasa
karena Mo telah membunuh saudara kembarnya.
Bagi Jay dan Reus,
menghadapi Moroi tidak begitu sulit karena mereka hanya mahluk lemah yang
berpikiran pendek yang bertarung asal-asalan. Sebanyak apapun kawanan Moroi
itu, mereka akan mudah membunuhnya dengan cepat. Tapi menghadapi sesama Strigoi
apalagi seperti Decebal cukup sulit. Decebal hidup lebih lama sebagai Strigoi
dibanding mereka. Mungkin hanya Constantine yang bisa menandinginya tapi kini
Constantine malah menghilang disaat saat genting.
Mo agak kesulitan
melawan Max yang jauh lebih kuat dari para Moroi yang biasa ia hadapi. Terlebih
lagi kini dia tidak hanya fokus pada serangan Max tapi juga harus fokus untuk
melindungi JMin dari para Moroi yang hendak menyerangnya.
Max menyerang Mo dengan
kuku-kukunya yang tajam. Dia berhasil melukai lengan kiri Mo hingga mantelnya
robek. Mo membalas dengan mencekik leher Max kemudian memukul mukanya dengan
kepalanya. Max mundur beberapa langkah. Hidungnya mengeluarkan darah. Mo
menyiapkan kapaknya bersiap menghadapi serangan Max lagi tanpa mempedulikan
luka dilengannya.
Para Moroi yang berada
didekat Mo bereaksi karena darah yang mengalir dari luka dilengannya. Mereka
kemudian menyerang Mo, seorang Moroi yang berada dibelakang Mo hendak
menyergapnya tapi kemudian JMin merebut kapak Mo dan menebas kepalanya. Mo agak
terkejut dengan respon JMin yang cepat dan tersenyum padanya. JMin ikut
tersenyum kemudian mengembalikan kapak Mo.
“Gunakan ini” Mo
mengeluarkan sebuah senapan laras panjang dari dalam mantelnya dan
menyerahkannya pada JMin.
“Tarik pengamannya baru
tembak” Mo menjelaskan dengan singkat cara pemakaian senapan itu. JMin
mengangguk paham. Dia pun siap menghadapi Moroi yang hendak menyerangnya.
Awalnya ia agak sulit menggunakannya dan tembakannya meleset beberapa kali
karena hal itu baru pertama kali ia lakukan. Tapi JMin berusaha untuk bisa
menembak dengan benar, akhirnya ia pun bisa membunuh beberapa Moroi.
“Aku tidak akan
membiarkanmu hidup!” Max kembali
menyerang Mo. Mo dengan gesit menghindar dari serangan Max. Dia mengarahkan
kapaknya kearah Max tapi Max melakukan flit-flit singkat dan cepat yang agak
susah diikuti Mo karena ia bukan Strigoi meski kecepatannya hampir sama.
Max berhasil
menangkapnya dari belakang dan hendak menggigitnya, tapi Mo menahan kepala Max
dengan tangannya berusaha menjauhkan mulut Max dari lehernya. Dia memegang
tangan Max yang melilit lehernya dengan erat. Mo berusaha melonggarkan lilitan
tangan Max dilehernya. Setelah agak longgar, Mo berhasil memegang tangan Max kemudian
melakukan back up dengan kuat. Dia berhasil menjatuhkan Max. Max terpelanting
cukup keras ketanah. Belum sempat Max bangkit, Mo mengalungkan lengannya
melingkari leher Mo kemudian memutar lehernya dengan kuat. “Kraaakkkk!!”
terdengar jelas tulang leher Max yang patah karena perbuatan Mo tadi. Max pun
tidak sadarkan diri. Kemudian Mo menahan kepala Max dengan lutut kirinya lalu
sekali lagi memutar lehernya dan menariknya dengan kuat hingga terlepas dari
tubuhnya.
Tubuh Max pun terbakar
hebat oleh api berwarna kebiruan sama seperti yang terjadi pada Marcus. Mo
bangkit kemudian melemparkan kepala Max kedalam kobaran itu. Decebal, Dougal,
Jay dan Reus berhenti sejenak dan menoleh kearah Mo yang sekali lagi telah
berhasil membunuh Strigoi. Decebal memandangnya dengan setengah tak percaya.
Seorang Lycan yang seharusnya adalah budak Strigoi malah berhasil membunuh
Strigoi.
Dougal pun cukup
tercengang. Ramalan Lad sudah terbukti. Seorang Lycan akan membunuh para
Strigoi dan sistem para Strigoi yang telah bertahan sejak ratusan tahun lalu
akan berubah. “Ini tidak bisa dibiarkan!” seru Dougal dalam hati. Dia
meninggalkan Reus pada sekelompok Moroi yang tadi membantunya untuk melawan
Reus.
Dia pun menyerang Mo.
Mo masih terlihat lelah karena bertarung dengan Max. Dia telat menghindar saat
Dougal hendak merobek dadanya dengan kuku-kukunya yang tajam dan beracun.
Beruntung serangan Dougal hanya mengenai kulit luarnya, tidak sampai merobek
kulitnya. Mo membalas dengan mengarahkan kuku-kukunya pada Dougal. Tapi Dougal
merupakan lawan yang tangguh. Dia berhasil menghindar dengan mudah dan kembali
menyerang Mo.
Dia mencengkram leher
Mo dengan kuat hingga tubuh Mo sedikit terangkat kemudian melemparkan tubuh Mo
kesebuah batang pohon besar seakan tubuh Mo sangat ringan. Dia mendatangi Mo
lagi dengan cepat sebelum Mo sempat bangkit lantas menarik kerah mantelnya dan
mengangkat tubuh Mo lagi dan membantingnya. Dougal sangat marah karena kematian
Max dan Marcus. Dia berjanji pada dirinya sendiri akan membalaskan kematian mereka
pada Mo. Dia akan membunuh Mo dengan cara yang lebih menyakitkan.
Jay dan Decebal masih
bertarung sengit. Mereka tahu kalau mereka tidak akan bisa saling membunuh
karena bila salah satu dari mereka mencoba membunuh lainnya, maka keduanya akan
sama2 mati. Itulah aturan darah para Strigoi. Bila keduanya saling membunuh
maka keduanya akan mati juga. Kini,baik Jay ataupun Decebal sama-sama tidak
ingin mati lebih cepat. Jay masih ingin hidup untuk melindungi JMin sedangkan
Decebal ingin menjalankan rencananya. Keduanya bertarung tapi tetap menjaga
diri agar tidak saling terbunuh.
Sementara Reus mulai
terlihat kesal karena kawanan Moroi yang menyerangnya tidak kunjung berkurang
seakan semua pasukan Moroi milik Decebal dikerahkan semua ke Berchtesgaden.
Sesekali ia juga harus membantu JMin agar gadis itu tidak terluka atau Jay akan
memarahinya.
“Eh~ thanks” ucap JMin
saat Reus membunuh Moroi yang hendak menyerang JMin dari atas pohon. Reus
mendelik kearah gadis itu seakan dia hanya melakukan itu karena terpaksa. JMin
mengerucutkan bibirnya dan tak mengerti kenapa Reus bersikap seperti itu
padanya padahal mereka baru pertama kali bertemu. JMin pun akhirnya mengambil
kapak Mo yang tergeletak tak jauh darinya dan mulai menyerang kawanan Moroi.
Peluru disenapannya sudah habis tapi para Moroi masih berdatangan dari segala
arah menyerangnya
Dougal kembali
mendatangi Mo dengan cepat dan hendak menghabisi nyawa Mo saat itu juga. Dengan
tenaga seadanya Mo berusaha melawan Dougal. Dia mendorong tubuh Dougal berusaha
menyakiti pria itu dengan kuku-kukunya. Tapi Dougal masih bisa menghindar dari
serangan Mo. Mo tidak kehabisan akal, ia mundur beberapa langkah lalu berlari
dengan cepat melompat keatas Dougal kemudian menendang wajah pria itu. Dougal
pun roboh. Dengan cepat Mo mengambil posisi diatas Dougal sebelum dia bangkit.
Mo menahan kedua lengan Dougal dengan kedua lututnya sambil mencekik Dougal
kuat-kuat.
Dougal berusaha
melepaskan diri tapi Mo cukup kuat menahannya. Seorang Moroi membantu Dougal.
Dia menyerang Mo dari belakang dengan melilitkan lengannya keleher Mo. Namun,
Mo dengan mudah membanting Moroi itu lantas menusukkan kuku-kukunya ke jantung
Moroi itu. Dougal berhasil bangkit lalu kemudian menyerang Mo dari belakang
tepat saat Mo hendak berbalik setelah menghabisi Moroi itu, tapi
kemudian…”Batttsss!!!”
Kepala Dougal tertebas
oleh sebuah kapak dan menggelinding beberapa jengkal.
Mo sangat terkejut
melihat JMin yang tadi menebas kepala Dougal. Gadis itu juga terkejut melihat
apa yang barusan ia lakukan. Dia tidak menyangka bisa membunuh Dougal. Dia
berdiri mematung melihat kobaran api biru yang membakar tubuh Dougal dan
menjatuhkan kapaknya. Reus yang melihatnya pun tercengang. Dia tidak menyadari
gerakan JMin dan tahu-tahu gadis itu sudah berada dibelakang Dougal dan
membunuhnya.
Mo menghampiri JMin dan
mengambil kapaknya. Dia memeluk pinggang JMin dan mengajaknya menjauhi kobaran
api biru itu. JMin masih terlihat shock dan pucat saat dia membunuh Dougal. Dia
merasakan hal yang aneh saat dia membunuh Dougal, tidak seperti saat ia
membunuh para Moroi itu. Seketika tubuhnya menjadi gemetar dan dingin saat
melakukannya. Seperti baru saja dihantam oleh sebongkah besar bola salju.
“Tidak apa-apa. Kau
melakukan hal yang benar” Mo berusaha menenangkan JMin. JMin memeluk Mo dan
akhirnya dia bisa merasakan kehangatan kembali saat Mo memeluknya. Para Moroi mulai seperti kehilangan arah saat
tiga orang tuan mereka mati dan Decebal kini sudah terdesak oleh Jay. Dia
sangat terkejut gadis itu berhasil membunuh Dougal dan Dougal tidak menyadari
kedatangannya. “Siapa sebenarnya dia?” Decebal tak habis pikir.
Constantine muncul
membantu Reus untuk menghabisi sisa Moroi yang masih bertahan. Constantine
dengan mudah menghabisi beberapa Moroi sekaligus dengan satu tebasan pedangnya.
Jay mendesak Decebal kesebuah bongkahan batu yang besar yang berada diujung
jurang terjal. Constantine dan Reus datang membantunya setelah mereka berhasil
menghabisi semua Moroi. Reus membantu Jay dengan memegangi kedua lengan
Decebal. Keadaan Decebal dan Jay cukup parah. Luka memar dan sayatan terlihat
dibeberapa bagian tubuh mereka. Kedua orang itu memang sama-sama keras kepala.
“Mau apa kalian? Kalian
tidak bisa membunuhku!” seru Decebal. Dia tahu dia mungkin sudah kalah setelah
Dougal, Max dan Marcus berhasil dibunuh oleh Lycan dan gadis itu. Tapi dia
tidak akan menyerah begitu saja. Dia tahu Constantine dan kawan-kawannya tidak
akan bisa membunuhnya atau melakukan sesuatu padanya. Mereka adalah Strigoi.
Kekuatan dan kelebihan mereka hampir sama.
“Siapa bilang kami akan
membunuhmu” Constantine menyeringai kearah Decebal. Dia tersenyum. Senyuman
licik yang sudah lama tak diperlihatkannya. Constantine senang semua rencananya
berhasil meski ia tidak ikut andil dalam pertarungan tadi. Dia percaya dengan
ramalan Lad dan memang terbukti. Lycan itu dan JMin bisa membunuh para Strigoi.
“Kami hanya akan
mencegahmu menjalankan rencanamu untuk menguasai dunia” Constantine
melanjutkan.
“Aku tidak ingin
keberadaan Strigoi diketahui manusia. Kau sudah tahu kalau itu terjadi malah
akan membawa bencana pada kita” seorang pria datang dari arah belakang
Constantine. Pria itu masih sangat muda, mungkin usianya belum genap 20 tahun.
Dia memiliki rambut hitam dan kulit lebih pucat dari Jay dan juga yang lainnya.
Dan dia memiliki dua warna mata yang berbeda yaitu merah disebelah kiri dan
biru disebelah kanan.
Constantine bergeser
sedikit untuk memberi jalan pada pria muda itu mendekati Decebal. Decebal
seperti melihat hantu saat bertatapan dengan pria itu.
“L-l-lad! Apa yang kau
lakukan disini?” katanya agak terbata. Lad menghilang puluhan tahun lalu sesaat
setelah memberitahukan ramalannya. Namun, kini dia muncul didepan Decebal
dengan sosok remaja berusia belasan tahun. Decebal bisa mengenali Lad dari
matanya meski dia berganti-ganti penampilan menyesuaikan diri dengan lingkungan
dan zaman.
“Aku akan memberimu
pelajaran” jawab Lad lalu dengan cepat dia menggigit leher Decebal. Decebal
mengerang. Jay dan Reus memeganginya dengan kuat. Sesuatu berubah pada diri
Decebal setelah Lad menggigitnya. Kuku dan taringnya berubah menjadi kekuningan
kemudian matanya yang tadi berwarna ungu terang kini berubah menjadi hitam
pekat sama seperti para Moroi itu. Lad telah mengubah Decebal menjadi Moroi.
Constantine pun kemudian membunuhnya dengan pedangnya.
“Terima kasih sudah membantu”
kata Constantine pada Lad dengan sopan. Dia agak menunduk saat mengatakannya
seolah derajat Lad lebih tinggi darinya. Lad hanya tersenyum kemudian dia
berbalik mendekati Mo dan JMin yang sejak tadi memperhatikan peristiwa itu.
JMin memeluk Mo makin erat saat Lad mendekatinya. Ada hawa aneh ketika pria
muda itu mendekat. Auranya bahkan lebih kuat dari Constantine dan lainnya. Mo
juga merasakan hal yang sama. Dia tahu Lad juga mahluk sebangsa mereka namun
lebih kuat. Mungkin yang paling kuat.
“Dia tumbuh menjadi
gadis yang cantik, Jay” katanya sambil mendekati JMin. Jay bersikap agak salah
tingkah saat Lad mengatakan itu. Dia agak tertunduk malu.
“Aku tidak akan
menyakitinya” katanya pada Mo yang hendak menyerangnya karena dia mendekati
JMin. Dan entah kenapa Mo percaya padanya. Lad pun mendekati JMin dan menyentuh
wajah gadis itu dengan tangannya. Lad merasakan kehangatan yang menyejukkan
saat menyentuh JMin. “Aura yang menakjubkan” katanya. JMin tersenyum meski
tidak paham maksud Lad.
Lalu ia tersenyum
kepada Mo. Lycan itu juga memiliki aura yang sama tapi tersembunyi dibalik
kekuatan dan darah Lycan-nya. Tak salah, ia memberikan darahnya pada Lycan itu
18 tahun yang lalu. Dia ‘menciptakan’ Mo yang sekarang sebagai penyeimbang
kekuatan JMin. Lad tahu hanya seorang Lycan yang bisa mengimbanginya. Dan
Constantine telah memilih Lycan yang tepat.
Akhirnya Lad pun
beranjak menjauhi mereka kemudian melakukan flit dan meninggalkan tempat itu.
Menghilang seperti kebiasaannya.
“Jauhi Lycan itu!” seru Jay pada JMin saat dia menghampiri
mereka. Wajahnya terlihat kesal karena JMin memeluk Mo dengan erat. JMin mendelik
kearah Jay. Dia masih tidak tahu kenapa Jay begitu marah bila dia berdekatan
dengan Mo.
“Tidak mau!” JMin malah
memeluk Mo makin erat.
“Sudahlah Jay. Biarkan
saja. Lagipula JMin tidak bisa ikut dengan kita” ujar Reus saat JMin balas
membentak Jay. Luka didahi dan beberapa bagian tubuh Reus dan Jay perlahan
mulai pulih. Kulit mereka yang robek berubah menjadi normal kembali seakan
berregenerasi dengan sangat cepat.
“Eh~ apa maksud
kalian?” JMin penasaran. Dia masih tidak tahu alasan para vampir itu mengejar
dirinya dan alasan kenapa Jay dan teman-temannya malah mengkhianati Decebal dan
berbalik melindunginya. Reus memandangnya dengan sinis.
“Lanjutkan saja
perbincangan kalian. Aku mau pulang” Mo melepaskan diri dari JMin. Dia tidak
tahu dan tidak mau tahu urusan para Strigoi itu dengan JMin. Dia bersyukur
kawanan Moroi yang haus darah itu tidak menyerang kotanya. “Siapapun dia, dia
pasti bukan gadis biasa. Para Strigoi itu mati-matian melindunginya dari
Strigoi lain yang ingin membunuhnya” batin Mo sambil memandang JMin diam-diam.
“Sie ist sehr schon~
Ich hoffe, immer an ihrer seite. “ batinnya. “But it’s impossible” katanya lagi
dengan ekspresi memelas. Akhirnya dia pun mengambil kapaknya kemudian beranjak
dari situ. Dia berjalan agak tertatih karena menahan sakit dari luka-lukanya.
“Hei! Kau akan
meninggalkanku dengan mereka?” JMin tidak percaya Mo meninggalkannya dengan
para vampir itu.
“Mereka tidak akan
menyakitimu” jawab Mo enteng sambil berjalan menjauhi JMin dan juga para
Strigoi itu menembus belantara hutan Berchtesgaden.
“Aku juga mau pergi
saja” ujar Reus kemudian melakukan flit. Dia tidak suka berdekatan dengan JMin
karena aura gadis itu membuatnya merinding. Makanya Reus tidak pernah mau
bersikap ramah pada gadis itu meski ia sangat menyayanginya sejak dulu. Kini
semakin dewasa, auranya malah semakin besar padahal ia belum menyadari
kekuatannya.
“Jangan memaksanya Jay.
Dia juga manusia dan dia tidak bisa hidup seperti kita” Constantine menepuk
bahu Jay pelan lalu kemudian melakukan flit meninggalkan Jay dan JMin berdua.
Sama seperti Reus, Constantine juga enggan berlama-lama didekat JMin. Kelahiran
JMin tidak bisa dicegah. Dia tidak punya pilihan lain selain menyembunyikan
keberadaan gadis itu dan melindunginya dari Strigoi lain yang menganggapnya
sebagai petaka. Beruntung, Lad berada dipihaknya dan memberi sedikit solusi
untuk masalah JMin. Kini dia akan mengawasi JMin dan Mo untuk membuktikan satu
lagi ramalan Lad.
JMin memandang Jay
dengan waswas. Jay memandang JMin penuh kerinduan seperti sudah lama ia tidak
bertemu dengan JMin. Jay tersenyum padanya. Senyuman yang tulus dan hangat.
Untuk sesaat, JMin terpesona dengan senyumannya. Kini ia yakin Jay tidak akan
menyakitinya.
“Oke. sekarang tinggal
kita berdua. Jadi ada apa sebenarnya?” tanya JMin.
[ to be continued ]
By @hiki0717
Glosarium :
1. Flit
: adalah gerakan berlari atau melompat dengan sangat cepat yang merupakan
kelebihan vampir. Para vampir bisa membawa manusia pada saat melakukan flit,
tapi manusia itu harus menahan napas agar tidak terpengaruh oleh tekanan udara.
Kalau tidak, dia akan mengalami mual,pusing,muntah bahkan pingsan ;) [credit
by: Cirque de freak : The Vampire Assistant starred by : Salma Hayek & Josh
Hutcherson]
2. Ramsau
Bei Berchtesgaden adalah kota terdekat dari Berchtesgaden yang letaknya dibawah
kaki gunung Watzmann. Ramsau merupakan kota kecil yang hanya berpenduduk kurang
dari 2000 jiwa ;)
Aigooooo.... *deeeeeeeppppp sigh*
ReplyDeleteNgebayangin si jung ngebantai kyu ama changmin *jitak hiki*
Aigoooo....