Thursday, 21 March 2013

Over The Rainbow


OVER THE RAINBOW
Jay’s POV
            “ Oppa, kau baik-baik saja?” nada suara J-Min terdengar cemas ditelpon. Aku mendengus pelan. Aku hanya terserang flu tapi sudah tiga kali J-Min menelpon dan menanyakan kabarku selama 6 jam terakhir.
            “Aku baik-baik saja Ji. Aku hanya terserang flu” jawabku agak sebal. J-Min terlalu khawatir padaku. Dia selalu memperlakukanku seakan aku ini anak kecil. Bahkan setelah dia menikah dengan Jungmo. Dia tidak berhenti bersikap terlalu khawatir padaku.
Aku berusaha bangkit dari tempat tidur. Kepalaku masih terasa agak pusing. Tapi aku harus bangun untuk membeli obat. Sudah dua hari aku terserang demam dan flu. Aku akui keadaan begitu berbeda saat J-Min tidak lagi tinggal bersamaku. Dia menikah dengan Jungmo beberapa bulan yang lalu dan kini mereka sudah punya rumah sendiri. Biasanya J-Min yang selalu mengurusku karena kami hanya tinggal berdua setelah orang tua kami meninggal karena kecelakaan. Dan sekarang dia tidak ada. Aku sedikit merindukannya. Ah tidak. Aku benar2 merindukannya.
Aku meraih mantelku yang tergantung tak jauh dari pintu masuk. Sekarang bukan musim dingin,tapi udara malam ini terasa sangat dingin bagiku. Apa karena aku sedang sakit? Entahlah.
Aku berjalan pelan menuju mini market yang tidak jauh dari rumahku. Jalanan sudah agak sepi. Aku melirik arlojiku. Pukul 10 malam. Yah, memang sudah agak larut. Tidak banyak pelanggan yang ada didalam mini market. Ahjussi penjaga toko tampak sedang beres2. Mungkin sebentar lagi akan tutup.
“ Hanya ini saja?” tanyanya dengan ramah saat aku menyerahkan satu kotak kecil obat flu dan demam, tiga cup mie instan, sebungkus roti tawar dan sekaleng minuman soda.
“ Iya” jawabku lirih. Ahjussi itu dengan cepat menghitung semua belanjaanku. Aku pun membayarnya kemudian meninggalkan toko. Aku membuka minuman kaleng soda sambil berjalan pulang. Aku mampir sebentar ditaman dekat rumahku. Taman itu tidak begitu besar tapi memiliki pepohonan yang rindang. Ada area bermain khusus anak-anak. Aku dan J-Min sering kesini dulu. Sekedar mengobrol atau bermain ayunan. Aku dan Eun Mi juga sering kesini. Dulu. Sebelum dia meninggalkanku untuk selamanya. Aku mengedarkan pandanganku ke seluruh area taman. Berusaha melupakan bayang Eun Mi. Aku sudah berusaha melupakannya selama dua tahun terakhir ini. Tapi sama sekali tidak berhasil.
Pandanganku terpaku pada sosok seorang gadis. Dia sedang duduk diam diatas salah satu ayunan. Dia sama sekali tidak bergerak. Ayunan pun tidak bergerak seakan gadis itu ringan seperti kapas. Yang membuatku aneh adalah pakaian gadis itu. Aku yakin udara malam itu lumayan dingin, tapi gadis itu hanya mengenakan mini dress selutut berwarna merah tanpa lengan dan tidak mengenakan alas kaki sama sekali. Sesaat kupikir dia hantu namun sosoknya terasa begitu nyata bagiku. Aku menggosok mataku berulang kali dan dia masih disana, masih duduk mematung. Orang-orang yang lewat didepannya terlihat tidak peduli seakan dia memang tidak terlihat oleh mereka. Aku menyangka dia sedang syuting atau apa. Tapi aku tidak melihat kru film dan peralatannya sama sekali.
Lalu kemudian gadis itu menoleh kearahku! Aku bergidik. Seakan tersengat listrik. Aku malah sama sekali tidak bisa mengalihkan pandanganku. Pandangan kami pun bertemu. Gadis itu tersenyum padaku dan dalam sepersekian detik tiba2 dia sudah duduk disebelahku. Begitu cepat bagai angin.
“Kau bisa melihatku?” tanyanya. Dia memandangku dengan takjub seakan aku ini objek pertunjukan sirkus. Aku malah bergidik ngeri memandangnya.
“Ka- kau si- siapa?” aku bertanya agak terbata-bata. Jantungku berdegup sangat kencang. Jujur aku sangat ingin lari karena sekarang aku benar2 yakin kalau dia hantu.
“ Wow! Kau benar2 bisa melihatku. Ini sangat menyenangkan. Baru kali ini ada manusia yang bisa melihatku” dia berseru sambil mengatupkan jari2nya. Gadis aneh-pikirku. Logatnya pun aneh. Seakan dia baru belajar bahasa Korea.
“ Manusia? Berarti kau bukan manusia?” tanyaku ngeri sambil memandanginya.
“ Oh~ tunggu sebentar. Aku akan segera kembali” katanya. Kemudian “pufffff” dia menghilang begitu saja dari hadapanku dan hanya menyisakan gumpalan asap tipis. Dia benar-benar hantu! Aku sangat ingin lari darisitu tapi sebuah kekuatan aneh seakan tidak membiarkanku untuk pergi dari situ. Tubuhku sama sekali tidak bisa bergerak. Aku ingin berteriak minta tolong tapi orang2 mungkin hanya akan menganggapku gila. Tak lama kemudian terdengar lagi suara “pufffff” dan gadis itu tiba-tiba sudah ada lagi disebelahku.
“ Maaf menunggu lama” katanya sambil tersenyum.
“ Kau hantu ya?”
“ Hantu? Enak saja! Mana ada hantu secantik aku?! Lagipula hantu tidak bisa menjejakkan kakinya ditanah kan?!” gadis itu mengerucutkan bibirnya sambil menjejak-jejakkan kakinya ditanah. Untuk sesaat kupikir dia cukup manis. Oh Jay,apa yang kau pikirkan? Kau tidak tahu siapa gadis ini.
“ Tapi hantu bisa menghilang kan?!” sergahku. Gadis itu merubah ekspresi wajahnya. Dia terlihat sedang berpikir.
“ Iya juga sih. Tapi aku bukan hantu. Tapi bukan manusia juga. Lalu aku ini apa dong?” tanyanya padaku dengan muka polos.
“Mana kutahu!” aku berkata agak keras. Aku pun langsung menyesal tapi gadis ini terlihat tidak tersinggung dengan sikapku. Akhirnya aku bisa bangkit dari bangku taman tempat dimana aku dan gadis itu duduk dari tadi. Aku pun langsung beranjak dari situ dengan langkah cepat tanpa menengok kebelakang. Aku langsung mengunci semua pintu dan jendela begitu tiba dirumah. Memastikan agar gadis itu tidak bisa masuk meski kutahu itu percuma saat tadi kulihat dia bisa menghilang dan muncul begitu saja.
“ Halo” sebuah suara mengagetkanku. Dan benar saja. Gadis itu lagi. Dia berdiri di depanku sambil melambaikan tangannya
“ Kau mengagetkanku!”
“ Maaf. Wah rumahmu nyaman ya?!” katanya seraya berjalan mengitari ruang tamu. Dia melangkah seperti menari balet. Sangat teratur sesuai dengan irama.
“Bisakah kau pergi dari sini? Aku ingin tidur” aku tidak tahu lagi harus berkata apa. Bila aku terus meladeninya. Dia akan terus berada disini menggangguku. Aku tidak akan keberatan sebenarnya kalau seandainya gadis yang ada didepanku saat ini adalah manusia. Tapi lain ceritanya kalau dengan gadis yang bisa menghilang dan muncul begitu saja seperti hantu. Dia bilang dia bukan hantu tapi juga bukan manusia. Lalu dia apa? Siluman? Ah sama saja dengan hantu.
“ Oke. Aku akan pergi. Selamat tidur Jay. Semoga lekas sembuh” katanya seraya tersenyum. Dia menjentikkan jarinya kemudian “puffff” menghilang begitu saja bersama asap putih tipis.

Author POV
            Jay terbangun karena aroma roti bakar yang begitu menggoda. Dia mengucek-ngucek matanya lalu duduk sejenak ditempat tidur, berusaha membuat matanya terjaga sepenuhnya. Dia merasa lebih baik setelah minum obat dan tidur tadi malam. Dia benci terkena flu sebenarnya tapi dia sangat mudah terkena flu. Imunitasnya memang tidak sebaik J-Min yang hampir tidak terserang flu sepanjang tahun. Jay akhirnya bangkit dari tempat tidur dan melangkah kedapur.
            “Apakah J-Min datang pagi ini?” pikirnya. Adiknya itu selalu membuatkannya roti bakar keju setiap pagi. Dan aroma roti bakar pagi ini pasti dari dia.
            “ Selamat pagi” sapa seseorang saat Jay masuk kedapur.
            “ Kau!” seru Jay kaget. Gadis itu lagi. Gadis bergaun merah yang membuatnya hampir gila tadi malam. Gadis itu terkekeh melihat ekspresi kaget Jay.
            “ Kenapa kau ada disini?” tanya Jay seraya mendelik curiga.
            “ Aku membuatkan itu untukmu” jawabnya enteng sambil menunjuk kearah piring berisi roti bakar. Jay agak terkejut.”Jadi dia yang membuat roti bakar?!” batin Jay.
            “ Aku tidak mau!” tolak Jay kemudian menuju kulkas dan mengambil sekotak jus jeruk dan menengguknya.
            “Yaaah~ aku kan sudah susah payah membuatkannya untukmu”
            “ So what?~ Kau bisa saja meracuniku kan?!” tuduh Jay.
            “ Enak saja! Apa untungnya meracunimu?!” balas gadis itu.
            “ Issh~ kau ini…” Jay benar2 bingung bagaimana harus menanggapi gadis ini. Gadis aneh yang mengaku dirinya bukan hantu. Gadis aneh yang bisa menghilang dan muncul begitu saja. Gadis bergaun merah dan tidak beralas kaki. Gadis itu berjalan menuju ruang tamu. Jay baru menyadari ada bercak-bercak air dilantai bekas gadis itu berjalan. “Aneh. Siapa dia sebenarnya?” pikir Jay.
            “ Pasangan yang serasi. Mereka memang jodoh” kata gadis itu sambil tersenyum saat memandang foto pernikahan J-Min dan Jungmo yang ada dibufet didekat ruang tamu.
            “ Siapa namamu?” tanya Jay sambil melompat kesofa yang ada diruang tamu sambil masih membawa jus kotaknya. Jay kini mulai terbiasa dengan kehadiran gadis itu. Meski masih ngeri dengan keanehannya. Tapi Jay tidak punya pilihan lain. Selama gadis itu tidak berusaha menyakitinya.
            “Nama? Aku tidak tahu” jawabnya datar sambil ikut duduk disofa disebelah Jay.
            “Masa kau tidak punya nama? Lalu bagaimana aku harus memanggilmu?”
            “ Entahlah. Selama ini aku tidak punya orang yang bisa kuajak bicara. Jadi aku tidak terlalu mempedulikan soal nama” Entah kenapa Jay merasakan aura gadis itu berubah hangat. Tidak seperti tadi malam yang terasa dingin dan lembab.
            “ Memangnya sudah berapa lama kau tidak bicara dengan siapa pun?” Jay bertanya tanpa memandang gadis itu seakan itu hanya sebuah formalitas. Dia pun menyalakan televisi.
            “ Seumur hidupku” jawabku gadis itu pelan. Jay menoleh kearahnya. Gadis itu terlihat tidak sedih saat dia mengatakan hal itu. Seakan dia memang sudah pasrah hidup seperti itu.
            “ Oh~ Aku harus pergi!” serunya. Kemudian “pufffff” gadis itu menghilang lagi. Jay tidak lagi terlalu kaget dengan menghilangnya gadis itu karena sudah beberapa kali dia melihat gadis itu melakukannya.
Ting Tong. Suara bel pintu berbunyi. Jay beranjak ke arah pintu, melihat siapa tamunya kemudian membukakan pintu.
            “ Hyung. Bagaimana keadaanmu?” Jungmo datang sambil membawa makanan. Sekotak roti bakar dan kimchi.
            “ Aku baik-baik saja. Kenapa kau kesini?”
            “ J-Min menyuruhku kesini” jawabnya cuek lalu masuk begitu saja sebelum Jay menyuruhnya.
            “ Jadi bila J-Min tidak menyuruhmu, kau tidak akan menjengukku?” tanya Jay sebal
            “ Iya. Hahaha” sahut Jungmo sambil tertawa. Jay menendang kakinya pelan. Jungmo terdengar mengaduh. “ Oh Tuhan~ apakah aku sudah kehilangan akal sehat menyerahkan adik kesayanganku kepada orang ini?” batin Jay.
            “ aa~ hyung! Kenapa banyak air dilantai?” Jungmo berteriak dari arah dapur. Jay menghampiri Jungmo. Jungmo sedang mengepel lantai dapur dengan keset saat Jay tiba.
            “ Apakah bocor atau apa?” tanya Jungmo.
            “Entahlah. Sepertinya tidak apa2. Biarkan saja” sahut Jay. Jay ingin bilang pada Jungmo tentang gadis itu, tapi diurungkan niatnya itu. “Jungmo tidak akan percaya” pikirnya.
Lalu tiba2.. “pufffff” gadis itu muncul lagi. Kali ini tepat didepan Jungmo. Tapi Jungmo sama sekali tidak bisa melihatnya.
            “aaaa~” Jay menunjuk kearah gadis itu berusaha memberitahu Jungmo.
            “Apa? Kau kenapa hyung?” tanya Jungmo yang heran dengan gelagat kakak iparnya itu.
            “ Kau lihat dia?” tanya Jay sambil menunjuk kearah gadis itu. Jungmo mengedarkan pandangannya kearah yang ditunjuk jay
            “Gadis? Aku tidak lihat apa-apa” katanya.
            “ Dia tidak bisa melihatku Jay” kata gadis itu sambil melambaikan tangannya didepan wajah Jungmo.
            “Kenapa tidak bisa?” tanya Jay heran
            “Mana kutahu!” sahut gadis itu datar kemudian berjalan menuju ruang tamu dan duduk disofa lagi.
            “ Tidak bisa apanya hyung?” Jungmo makin tidak mengerti dengan sikap Jay.
            “ Ah lupakan saja!” ujar Jay kemudian kembali keruang tamu.
            “ Aku akan pergi sekarang. Telepon aku bila kau butuh sesuatu. Cepat sembuh hyung!” kata Jungmo sambil menepuk-nepuk pundak Jay.
            “ Iya. Kau jagalah adikku dengan baik. Jangan membuatnya sedih”
            “Pasti” sahut Jungmo saat dia beranjak menuju pintu. Kini Jay kembali hanya berdua dengan gadis itu.
            “ Kenapa dia tidak bisa melihatmu?” Jay masih penasaran soal itu. Gadis itu cuma angkat bahu.
            “ Aku juga tidak tahu kenapa kau bisa melihatku. Harusnya tidak ada yang bisa melihatku” gadis itu menjawab dengan polos. Jay mengakui dalam hati kalau gadis itu sebenarnya cantik hanya saja dia aneh. Dan dia bukan manusia.
            “ Kau ini sebenarnya siapa? Kau tahu? Kau membuat jejak air dilantai bekas kau berjalan. Dan ini… sofaku juga terlihat sedikit terkena rembesan air saat kau duduk diatasnya” omel Jay. Gadis itu bergeser sedikit dan menyentuh sofa dengan tangannya.
            “Eh. Benar juga.” ujarnya pelan kemudian tersenyum innocent kepada Jay. “Manis sekali” batin Jay. “aaah! Jay! Kau ini sudah gila atau apa? Gadis didepanmu ini bukan manusia, kenapa kau tertarik dengan senyumannya?” batinnya lagi
            Mereka pun terdiam selama beberapa menit. Jay mengamati gadis itu. Sikapnya aneh. Dia seperti punya dunia sendiri dan sangat menikmatinya. Kemudian dia membuka suara
            “ Kita ke taman yuk!” ajaknya sambil menggandeng tangan Jay. Basah. Jay merasakan tangannya basah saat gadis itu menyentuhnya.
            “ Hei. Tu-tunggu!” Jay berusaha melepaskan tangannya tapi gadis itu menggenggam tangannya kuat. Mereka pun tetap bergandengan tangan hingga sampai ditaman. Pagi itu lumayan cerah. Udara juga cukup hangat. Matahari bersinar agak teduh. Jay masih mengenakan setelan baju tidurnya alias kaos berlengan pendek putih dan celana panjang hitam plus sandal rumah. Dia tidak sempat memakai alas kaki yang lebih layak dipakai diluar rumah karena gadis itu menarik tangannya dengan cepat.
            “ Duduklah disini dan pakai ini” kata gadis itu sambil menyuruh Jay duduk disalah satu ayunan di taman itu dan menyerahkan sebuah payung yang entah darimana datangnya. Lalu gadis itu berdiri didepan ayunan yang berada disebelah ayunan Jay. Dia tersenyum memandang langit pagi kemudian memejamkan matannya serta mengatupkan jemari dikedua tangannya dan meletakkanya didepan dadanya seperti orang yang sedang berdoa.
            Tak lama kemudian, hujan turun rintik-rintik lalu mulai agak deras. Jay buru-buru membuka payungnya kemudian memayungi gadis itu dan juga dirinya.
            “ Tidak perlu. Kau saja yang pakai” kata gadis itu sambil bergeser keluar dari lindungan payung kemudian melanjutkan berdoannya. Hujan turun hampir selama 30 menit. Dan selama itu pula, gadis itu tetap dalam posisinya dan Jay tetap berdiri disebelahnya, memandanginya. Lalu hujan pun kembali rintik-rintik saat gadis itu membuka matanya.
            “ Jay~ Kau tahu kenapa hujan turun?” tanya gadis itu tanpa menoleh kearah Jay melainkan tetap memandang langit.
            “ Karena memang sudah waktunya?” Jay menjawab asal.
            “ Hujan turun karena ada seseorang yang berdoa agar kesedihanmu hilang” kata gadis itu yang kini tersenyum kepada Jay.
            “ Dan kau adalah orang itu?” tanya Jay. Gadis itu mengangguk sambil tersenyum. “Jadi begitu?!~ Kenapa selalu ada air dibekas jejak gadis ini, kenapa tangannya basah karena air saat gadis ini menyentuhnya. Karena dia adalah pengatur hujan?” pikir Jay
            “Aku bukan pengatur hujan Jay. Ada kekuatan yang lebih besar yang mengatur hal itu. Aku hanya berdoa agar hujan turun dan menghilangkan semua kesedihan manusia” sahut gadis itu seakan bisa membaca pikiran Jay. Muka Jay memerah karena malu gadis itu bisa tahu apa yang dipikirkannya.
            “ Dan lihatlah itu” gadis itu menunjuk sesuatu dilangit. Pelangi. Jay terperangah. Terakhir dia melihat pelangi saat usianya baru berusia 5 tahun. Dan di taman ini. Jay yakin dia melihat pelangi itu 25 tahun yang lalu tepat ditempat dia berdiri saat ini. Jay benar-benar takjub dan tidak bisa berkata apa-apa.
            “ Tidak akan ada pelangi bila tidak ada hujan. Tidak akan ada kebahagiaan bila tidak ada kesedihan. Percayalah hal itu Jay. Aku akan selalu berdoa untukmu. Aku akan selalu menjadi hujanmu. ” gadis itu tersenyum untuk yang terakhir kalinya sesaat sebelum dia menghilang dari hadapan Jay. Jay mengedarkan pandangannya keseluruh taman tapi gadis itu tidak ada dimana pun.
Jay kembali menatap pelangi yang terukir jelas dilangit pagi itu. Dia tersenyum bahagia. Sudah selama dua tahun ini, hidupnya seakan hampa setelah kepergian Eun Mi yang begitu mendadak. Harusnya dua tahun lalu, dia dan Eun Mi menikah. Tapi kecelakaan mobil merenggut nyawa Eun Mi sehari sebelum pernikahan mereka. Jay hampir ingin mengakhiri hidupnya demi menyusul Eun Mi.
            Tapi takdir berkata lain. Eun Mi telah pergi untuk selamanya. Hari ini adalah hari pertama Jay merasa hidup kembali. Berkat seorang gadis aneh yang mengaku dirinya bukan hantu dan juga bukan manusia. Gadis yang bisa membuatnya tersenyum kembali untuk memulai kehidupan baru.
            “ Thanks~” Jay menggumam pelan. Tak terasa airmatanya menitik dari kedua ujung matanya. Air mata bahagia. Seakan semua kesedihan dan kegundahan hatinya selama dua tahun ini luruh bersamaan dengan turunnya hujan dan munculnya pelangi.
            “ You’re welcome~” jawab gadis itu dari atas pelangi yang tentunya tidak terdengar oleh Jay. Gadis itu tersenyum pada Eun Mi yang tengah duduk bersamanya mengamati Jay.
[ THE END ]
By: @hiki0717
was inspired by : Over The Rainbow Lyric by TRAX^^
Over The Rainbow [ English Version ]
Do you know why the rain comes?
It’s because someone is praying for all your sadness to be erased to comfort you.
It seems as if I’ve already known you since I was young.
After I met you, I even stood in daybreak’s heavily.
Falling rain to help you.
I was the one who believed.
When the rain comes, think of me.
Will that give you strenght?
I’ve left and my trace is over the rainbow. Sorry.
Even since an age too young.
I think I was already dirty.
When I disappear from this world.
I want to become clean before I go.
So deep into ground and very bright.
If I become dirty I’m afraid you might become dirty too.
Because you’ll try to follow me like you always do.
When the rain comes, think of me.
Will that give you strenght?
I’ve left and my trace is over the rainbow.
When the rain comes I pray.
When I see the rain I pray.
When I see rain I pray.
[Narration] I’m sorry. Don’t throw me away. I’ll be waiting.
Do you know why the rain comes?
It’s because someone is praying for all your sadness to be erased to comfort you.
I’ll become your rain.
           




No comments:

Post a Comment