Monday, 18 March 2013

The Mist of Romantic Corner [ Part 5 ]


The Mist of Romantic Corner [ Part 5 ]

Ramsau Bei Berchtesgaden, sore hari.
            Pemandangan danau Hintersee saat cuaca dingin memang paling indah. Permukaannya terlihat berkabut. Pemandangan disekelilingnya pun tak kalah menakjubkan. Pohon-pohon pinus yang besar berjejer rapi dan panorama gunung Watzmann menjadi latar belakangnya. Marcus berjalan-jalan dipinggir hutan disekitar danau itu. Inilah salah satu keuntungannya menjadi Strigoi. Dia bisa menikmati pemandangan alam yang sangat indah disiang hari. Tak seperti para Moroi yang harus bersembunyi dari sinar matahari karena bisa membunuh mereka dalam sekejap.
            Marcus berhasil melacak gadis itu dari Edinburgh hingga ke Munich. Dan kemarin saat ia kembali ke Transylvania, Dougal menyuruhnya untuk membunuh gadis itu sebelum dia menyadari kekuatannya yang sangat berbahaya bagi kelangsungan hidup Strigoi. Tapi ada yang mengganggu pikirannya saat ia mengendus keberadaan Jay di Edinburgh yang lokasinya tak jauh dari gadis itu.
            “Sedang apa Jay saat itu? Mungkinkah ia menemui gadis itu dan memperingatinya?” gumamnya pelan. Dia merahasiakan soal Jay dari Dougal dan Decebal. Sebenarnya ia tidak ingin Dougal ataupun Decebal terlalu cemas soal gadis itu karena kenyataannya gadis itu memang terlihat seperti manusia biasa dan tidak berbahaya bagi kaumnya.
            “ Benarkah dia memiliki darah Strigoi?” Marcus bergumam lagi. Karena cemas dengan ramalan Lad, Decebal memerintahkan untuk memusnahkan semua Dhampir yang terlahir kedunia. Hampir semua Dhampir yang ia bunuh merupakan anak Moroi dan manusia, tapi gadis itu berbeda. Kalau saja, ia tidak sengaja berpapasan dengannya saat tur malam di Edinburgh Vaults mungkin keberadaan gadis itu akan luput dari penciuman para Strigoi.
            “Tapi para Moroi tidak bisa mencium darah Strigoinya. Mereka mengira dia hanya manusia biasa” Marcus masih bergumam sendirian sambil berdiri ditepi danau yang sepi.
            “Oke, ini aneh. Dan sangat membingungkanku” lanjutnya lagi. Marcus menendang kerikil kecil kedalam danau. Wajahnya terlihat kesal. Dia paling tidak suka kalau dibuat bingung. Dan Lad selalu berhasil membuatnya bingung dengan ramalan-ramalannya.
            Dan kini, ia berhasil melacak keberadaan gadis itu di Berchtesagdener Land. Marcus cukup senang gadis itu malah pergi ke tempat yang lebih sepi dari Munich. “Akan lebih mudah membunuhnya disini, tanpa menimbulkan kegegeran yang berarti” ujar Marcus senang.

#####
Berchtesgaden, menjelang malam
            “Ebert!” Mo meneriakkan nama Ebert saat ia menuruni tangga utama dari lantai dua menuju ruang tengah yang cukup besar.
            “Ebert!” panggilnya lagi karena kepala pelayannya itu belum menjawabnya. Wajah Mo terlihat cemas seakan ada hal buruk yang akan menimpanya sebentar lagi.
            “Iya Tuan Muda” Ebert datang dengan langkah tergesa dari arah koridor yang menuju teras belakang. Dia bisa melihat kekhawatiran diwajah Mo dan itu pasti karena masalah yang sangat serius. Mo memberi isyarat untuk mengikutinya ke ruang kerja ayah Mo yang terletak di pojok koridor satunya. Mereka berdua pun bergegas menuju kesana.
            Ebert menutup pintu ruang kerja dan menguncinya saat keduanya sudah masuk kedalam. Mo menuju lemari buku kaca besar berukuran hampir dua meteran. Dia menggeser beberapa buku dari tempatnya seakan sedang mengacaknya namun sebenarnya ia sedang membuka kunci kombinasi khusus yang hanya diketahui olehnya dan Ebert. Tak lama kemudian lemari itu bergeser dan terlihat sebuah pintu dibelakangnya. Mo membuka pintunya lalu masuk diikuti oleh Ebert.
            “Mereka ada di Ramsau” kata Mo saat ia menuruni tangga memutar. Dibalik pintu itu ada sebuah tangga memutar untuk menuju ke lorong ruang rahasia bawah tanah. Ruangan pertama yang berada di lorong itu merupakan ruangan yang cukup luas yang terbuat dari batu-batu yang kokoh dan memiliki sebuah pintu besi yang cukup kuat. Didalamnya ada beberapa rantai dan borgol. Ruangan itu memiliki sebuah jendela kecil berjeruji besi seperti sebuah penjara.
Tak jauh dari ruangan tadi, ada ruangan lain yang lebih besar dan hanya diterangi oleh lampu-lampu kecil sehingga membuatnya semakin temaram. Ruangan itu juga terbuat dari batu yang kokoh tapi tidak ada jendela sama sekali.
            Ebert menyebut ruang2 rahasia dibawah itu sebagai Wolf Treffpunkt atau Wolf Haunted karena ruangan itu cukup menyeramkan dan menjadi tempat persembunyian bagi generasi keluarga Jung saat mereka berubah menjadi Lycan.
            “Mereka? Lebih dari satu orang kah?!” tanya Ebert sambil mengikuti Mo masuk ke ruangan yang tak berjendela. Mo langsung menuju lemari besi berukuran besar yang berada disudut ruangan, kemudian memutar kunci kombinasinya. Didalam lemari besi itu terdapat banyak senapan dan juga peluru. Mo mengeluarkan beberapa diantaranya dan meletakkannya diatas meja.
            “ Banyak. Menurut penciumanku” jawab Mo datar. Ebert bergidik. Selama ini belum pernah ada begitu banyak mahluk itu di Berchtesgadener Land. Kenapa tiba-tiba mereka jadi berdatangan kesini?
            “Menurut Anda untuk apa mereka kemari?”
            “Entahlah” Mo tidak ingin memberitahu Ebert bahwa yang datang ke Ramsau bukan seperti mahluk yang biasa ia buru selama ini. Mereka lebih kuat dan berbahaya. Mereka seperti mahluk yang 18 tahun lalu membunuh ayahnya. Mahluk berdarah dingin yang mungkin tidak akan bisa ia bunuh dengan mudah. Tapi untuk apa mereka kembali ke Berchtesgadener Land setelah sekian lama? Mo bertanya dalam hati.
            “Apa pun yang terjadi, kau harus tetap menjaga rumah ini. Aku akan mencegah mereka memasuki kota ini” Mo berkata serius sambil menyiapkan senapan-senapannya
            “Anda akan ke Ramsau?”
            “Iya. Saat ini mereka belum beraksi. Tapi aku sudah harus bersiap-siap menghadapi mereka”
            “Kumohon jangan ke Ramsau. Tetaplah disini bersama kami” pinta Ebert. Baru kali ini ia memohon pada Mo agar tidak pergi memburu para mahluk itu. Ebert mempunyai firasat yang tidak baik tentang hal ini. Dia tidak ingin hal buruk menimpa Mo.
            “Aku harus pergi. Gadis itu ada di Ramsau” ujar Mo keceplosan.
            “Eh? Gadis itu? Gadis yang mana?” tanya Ebert heran karena alasan Mo ke Ramsau juga karena keberadaan seorang gadis.
            “Turis yang aku selamatkan kemarin”
            “Kenapa dengan gadis itu?”
            “Aku merasa mereka datang ke Ramsau untuk membunuh gadis itu karena mereka gagal membunuhnya kemarin” Mo mengungkapkan pendapatnya. Dia merasa gadis itu memiliki sesuatu yang aneh. Gadis itu mungkin hanya seorang manusia biasa tapi gadis itu memiliki aura yang aneh. Mo merasakannya saat mencium gadis itu. Auranya hangat tapi juga sejuk. Dan mungkin bagi mereka, gadis itu sangat berbahaya.
            “Mungkinkah mereka melakukan hal itu?” Ebert setengah tak percaya butuh sekawanan mahluk haus darah datang ke Berchtesgadener Land demi membunuh seorang gadis manusia. Padahal biasanya mereka bisa dengan mudah membunuh manusia seorang diri.
            “Mungkin saja. Gadis itu sudah mengetahui keberadaan mereka dan kalau dia menceritakannya pada orang lain itu akan menjadi masalah bagi kelangsungan hidup mahluk2 itu.” Mo masih tidak ingin mengungkapkan alasannya sebenarnya. Dia berusaha menghindari bertatapan dengan Ebert karena pria itu pasti tahu kalau ia menyembunyikan sesuatu. Dan Ebert memang tahu. Namun ia tidak mau mendesak Mo lebih jauh. Dia yakin Mo sudah memikirkannya dengan matang. Dia akan mendukungnya.
            “Jaga dirimu Tuan” kata Ebert setengah memohon.
            “I will. Kau juga Ebert. Aku mengandalkanmu untuk menjaga rumah ini” balas Mo sambil terseyum. Dia benar-benar bersyukur memiliki Ebert disampingnya. Mo memasukkan beberapa senapan dan banyak peluru kedalam sebuah tas berukuran besar. Ebert membantunya.
            “Bawa ini dan persenjatai yang lain. Jangan keluar rumah saat malam. Kunci semua pintu dan jendela.” Mo memberikan intruksinya. Ebert mengangguk paham lantas menutup retsleting tas itu dan membawanya keluar dari ruangan itu. Mo masih berada didalam ruangan. Ia duduk dikursi sambil meletakkan sikunya dimeja. Dia mengatupkan kedua telapak tangannya mengambil posisi seperti orang yang sedang berdoa.
            “Aku tahu aku mungkin bukan orang yang layak mendapat perlindunganmu. Tapi aku mohon, lindungilah mereka yang tidak bersalah. Jangan biarkan mahluk2 itu menyakiti mereka. Please” katanya sambil memejamkan mata. Setelah itu dia pun bangkit dan mengambil senjata favoritnya yaitu kapak berukuran sedang yang sangat tajam. Dia harus bergegas ke Ramsau untuk membuktikan intuisinya tentang gadis itu.
#####
Parish Church St. Sebastian, Ramsau bei Berchtesgaden
            JMin baru saja menyelesaikan misa malam bersama beberapa jemaat gereja St. Sebastian. Hatinya menjadi lebih tenang setelah berinteraksi dengan Tuhan lewat doa. Peristiwa penyerangan vampir malam itu cukup membuatnya ketakutan. Disini, di ujung tanah Jerman, dia tidak punya siapa pun yang bisa melindunginya bila vampir itu menyerang lagi. Makanya dia memohon perlindungan Tuhan.
            JMin tadinya berniat melaporkan peristiwa itu pada pihak berwenang, tapi dia yakin tidak ada yang percaya ceritanya tentang serangan vampir. Mereka pasti akan menganggapnya gila. Dan tentang Mo, JMin kembali memikirkan pria itu. Pria aneh yang telah menyelamatkannya tapi kemudian hilang begitu saja seperti hantu tadi pagi. JMin tidak tahu darimana asalnya dan mengapa tinggal dihutan seorang diri. Wajahnya bersemu merah ketika teringat kembali peristiwa saat Mo menciumnya.
“Kenapa dia menciumku sih?” gumamnya pelan sambil mengerucutkan bibirnya. Dia kesal setengah mati saat Mo menciumnya secara mengejutkan dan sempat berpikiran buruk tentang Mo. Namun, ia berusaha menghilangkan pikirannya itu karena Mo sudah menyelamatkannya. “Yah~ anggap saja ciuman itu sebagai ucapan terimakasihku” gumamnya pelan. JMin memegang ujung sweater hitam milik Mo yang sedang ia kenakan.
            “Aku harus mengembalikan sweater ini padanya” batinnya. JMin pun kemudian beranjak dari kursi dan menuju pintu keluar. Jalanan kota Ramsau agak licin karena salju. Malam itu jalanan agak sepi karena orang2 lebih memilih menghangatkan diri dirumah daripada berkeliaran diluar saat cuaca dingin. JMin menggosok-gosokkan kedua telapak tangannya membuat dirinya lebih hangat. Dia menyesal tidak mengenakan mantel dan sarung tangannya karena semakin malam ternyata udara menjadi lebih dingin.
            Dia melangkah perlahan menyusuri jalanan sepi dari gereja ke hotelnya. Seseorang menariknya saat ia melewati sebuah lorong kecil yang sepi dan agak gelap. Orang itu memeluk JMin dari belakang sambil membekap mulutnya dengan tangannya. JMin menggeliat berusaha melepaskan diri dari orang itu tapi orang itu membekap sangat kuat. JMin bisa merasakan kuku-kuku tajam orang itu menyentuh kulitnya.
            “Finally I found you!” gumam orang itu. JMin menoleh sekilas kearah orang itu. seorang pria yang mungkin sebaya dengan Mo memiliki rambut coklat dan bermata ungu terang. Pria itu menyeringai dan menunjukkan gigi taringnya pada JMin.
            “Vampir!” seru JMin dalam hati. JMin meronta semakin keras namun tampaknya usahanya melepaskan diri tidak begitu berarti bagi pria itu. Dia masih membekap JMin dengan kuat.
            “Sekarang kita lihat apa yang akan terjadi padamu bila aku menggigitmu” kata pria itu sambil menunjukkan taringnya.
            “Sebaiknya kau tidak melakukan itu” tiba-tiba sesosok pria muncul dari kegelapan lorong. Pria itu mendekat perlahan kearah mereka berdua. Ada kelegaan diwajah JMin ketika pria itu datang. Tapi kemudian pria asing itu juga menyeringai dan menunjukkan taringnya.
            “Cih! Memangnya kenapa?” pria yang membekap JMin terlihat kesal karena acaranya makannya diganggu.
            “Apa kau tidak bisa menciumnya? Dia Lycan!” pria yang baru datang melotot kearah JMin. Pria yang membekap JMin mengendus-endus disekitar leher JMin. “baunya memang seperti Lycan” katanya dalam hati.
            “Cih! Kau hanya memperdayaiku Jay! Kau ingin menginginkan gadis ini kan?! Aku melihatmu di Edinburgh!” pria yang membekap JMin makin terlihat kesal. Kini dia mengancam JMin dengan kuku-kuku tajamnya. Tatapan Jay tak lepas dari gerakan pria itu. Jay akan menyeringai bila pria itu mulai bersikap membahayakan JMin.
            JMin memandang kearah Jay. Pria itu tampak tak asing baginya. “Ah! Aku pernah bertemu dengannya di Edinburgh!” kata JMin dalam hati. Dia ingat pernah bertemu dengan Jay saat ia merasa diikuti seseorang ketika pulang kerja larut malam. JMin tidak menyangka bahwa Jay adalah seorang vampir.
            “Terserah! Sekarang lepaskan dia!” Jay menyerang pria itu dengan kuku-kukunya yang tajam. Dengan gesitnya pria itu menghindar dari serangan Jay. Jay berusaha melepaskan JMin dari pria itu. dia menepis tangan pria itu dari leher JMin, menarik JMin menjauh darinya lantas menendang perut pria itu. Pria itu pun jatuh tersungkur ditanah.
            “Sebaiknya kau menahan napasmu” kata Jay sambil memposisikan diri hendak menggendong JMin.
            “Eh? Apa maksud…” belum sempat JMin menanyakan maksud perkataan Jay tadi, pria itu sudah menggendong JMin dan melakukan flit meninggalkan lorong itu. Jay membawa JMin ke belantara hutan Berchtesgaden menjauhi kota. Dia hanya memerlukan waktu sepersekian detik untuk mencapai tempat itu bila melakukan flit. Dia menurunkan JMin perlahan yang tampak linglung dan seperti ingin muntah. Bulan purnama bersinar terang menyinari hutan Berchtesgaden. Suasana hutan malam itu terasa dingin dan membuat merinding seakan sebentar lagi ada pertumpahan darah.
            “Sudah kubilang untuk menahan napasmu” kata Jay sambil memegangi JMin agar gadis itu tidak roboh.
            “Apa itu tadi?” JMin mendelik kearah Jay. Dia masih tampak linglung tapi sudah bisa berdiri tegak.
            “Kenapa kau berbau seperti Lycan?” Jay tidak menjawab pertanyaan JMin dan malah mengendusnya seperti yang dilakukan pria tadi. JMin mendorong tubuh Jay, merasa risih diendus seperti itu oleh orang lain.
            “Apa-apaan kau ini?” omel JMin
            “Seriously, kau berbau seperti Lycan itu! Apa yang terjadi?” seru Jay. Wajahnya terlihat panik. Dia tetap mengendus JMin meski gadis itu protes.
            “Apa maksudmu sih? Lycan? Berhenti mengendusku seperti aku ini kotoran saja!”
            “Baju ini bukan punyamu kan?!” Jay menarik sweater yang dipakai JMin pelan tapi dengan cepat ia menarik kembali bagian sweaternya yang ditarik Jay. Jay memandangi JMin dari atas kebawah. Sweater itu tampak kebesaran saat JMin memakainya. “Mungkin sweater ini milik Lycan itu, makanya dia jadi berbau seperti Lycan itu” pikir Jay.
            “Bukan urusanmu!” bentak JMin. Dia kesal sekali karena Jay mengendusnya seperti tadi dan mengoceh soal Lycan yang dia sendiri tidak tahu apa maksudnya. “Lycan? Lycan itu sama dengan werewolf  kan?! Aku berbau seperti werewolf? Masa?!” kata JMin. Dia pun mengendus dirinya sendiri. Tapi dia tidak mencium apa-apa selain bau parfumnya. Kemudian tersentak saat dia menyadari kalau ia memakai sweater milik Mo.
            “Mo! Sweater ini milik Mo! Jadi Mo adalah…… Lycan?” batin JMin tidak percaya. Jay adalah vampir dan dia berkata bau JMin seperti Lycan. Dia tidak mungkin Lycan, jadi satu-satunya alasan yang masuk akal adalah, karena Mo yang Lycan dan dia berbau seperti Lycan karena memakai sweater Mo.
            “Mereka datang!” Jay memposisikan diri didepan JMin dan bersiap menghadapi serangan. Lalu kemudian sekelebat bayangan hitam muncul satu-satu mengelilingi mereka. JMin bisa melihat sekawanan vampir haus darah seperti yang menyerangnya kemarin mulai mendekat kearah mereka. Ekspresi mereka masih sama, menyeramkan dengan mata hitam pekat dan taring-taring tajam, menyeringai kearah JMin seperti pemburu yang sedang memandangi mangsanya yang tidak berdaya. Tanpa disadarinya, JMin memegang mantel Jay dengan kuat. Dia benar-benar ketakutan saat ini. Entah apa yang sudah dilakukannya sampai sekawanan vampir haus darah ingin membunuhnya.
            “Berikan dia padaku, Jay. Percuma, kau tidak akan bisa melawan kami” Pria yang tadi membekap JMin maju ketengah. Berbeda dengan vampir2 haus darah tadi, pria itu dan juga Jay memiliki mata berwarna ungu dan taring yang lebih kecil. Tapi para vampir haus darah itu tampak segan padanya.
            “Kau pikir aku akan melakukan itu, Marcus?” Jay menjawab dengan lantang. Para vampir disekeliling mereka menyeringai, tapi Marcus tetap terlihat tenang.
            “Jadi kau akan melindungi gadis itu? Hal yang menarik. Tapi kau sendirian sekarang” Marcus tertawa mengejek seolah mengejek Jay karena melindungi orang yang tidak pantas ia lindungi.
            “Apa maksudmu sendirian?” kemudian muncul lagi seseorang dari arah samping Jay. Dia memakai longcoat putih dengan rambut blonde. Sama seperti Marcus dan Jay, orang itu juga bermata ungu. Orang itu berjalan dengan santai tanpa menghiraukan para vampir haus darah yang ada disekelilingnya. Para vampir itu hanya bisa menyeringai kearah orang itu. Mereka seperti takut atau segan untuk menyerang pria itu seakan ia juga memiliki kekuasaan seperti Marcus. JMin bisa mengetahui bahwa Marcus, Jay atau juga orang yang baru muncul tadi bukan vampir sembarangan.
            “Reus! Aku tidak heran bila kau berpihak pada Jay” seru Marcus. Reus menatap sinis ke arah JMin sejenak tapi kemudian berdiri disamping Jay dan bersiap untuk menghadapi serangan. Marcus memberi isyarat pada para vampir itu untuk menyerang mereka. Mereka pun mulai menyerang bersamaan. Reus menahan serangan vampir haus darah itu dengan lengan kanannya. Ada lebih dari tiga vampir yang menyerangnya dari segala arah.
            Marcus langsung menyerang kearah Jay dan hendak merebut JMin dari perlindungan Jay. Dia berhasil menjatuhkan Jay kemudian menarik tangan JMin dan membawanya menjauhi pertarungan.
            “Lepaskan aku!” JMin meronta berusaha melepaskan pegangan Marcus tapi Strigoi itu memegangnya dengan kuat. Dia berusaha memelintir tangan Marcus dan hendak menjatuhkannya dengan salah satu jurus taekwondonya tapi Marcus tidak bergeming sama sekali. Seakan bobot tubuhnya sangat berat. JMin yang malah merasakan kesakitan karena jurusnya tidak berhasil
            “Kau jangan pernah mencoba melawanku” kata Marcus sambil melotot pada JMin. Marcus berhasil menjauhkan JMin dari Jay. Jay hendak mengejar keduanya tapi lima orang Moroi menyerangnya bersamaan. Langkahnya jadi terhenti. Dia melihat Marcus sudah membawa JMin dari tempat itu dan memanggil Reus.
            “Reus! JMin!” dia memberi intruksi pada Reus yang tampak sudah bisa mengendalikan pertarungan dengan para Moroi itu. Hampir semua Moroi yang menyerangnya tadi telah tewas, kini dia tinggal menghadapi satu lagi. Dengan mudah, Reus membunuh Moroi itu. Dia merobek leher Moroi itu dengan kuku-kuku tajamnya. Reus menoleh kearah Jay kemudian mengangguk. Dia pun meninggalkan Jay yang masih bertarung dengan sekawanan Moroi dan mengejar Marcus.
            “Tidak secepat itu, Marcus” Reus melakukan flit singkat untuk mengejar Marcus. Baginya itu sangat mudah. Dia bisa menebak jalan pikiran Marcus yang tidak akan repot-repot melakukan flit sambil membawa seorang manusia. Marcus masih mementingkan hal konservatif semacam itu.
            Dia menendang tangan Marcus agar pegangannya pada JMin terlepas kemudian dia menendang leher Marcus dan menjatuhkan Strigoi itu. Marcus pun roboh, tapi dia bangkit dengan cepat. Perkelahian pun terjadi diantara keduanya. Tidak seperti para Moroi yang menyerang secara membabi buta, Reus dan Marcus saling menyerang dengan jurus-jurus yang sangat teratur dan disiplin. JMin mengamati perkelahian mereka. Dia tidak tahu seni beladiri mana yang digunakan keduanya tapi gerakan mereka sangat bagus dan sulit. Keduanya tidak asal memakai kuku dan taring mereka tidak seperti para Moroi haus darah itu.
            Marcus berhasil mendesak Reus. Reus pun roboh saat Marcus membantingnya dengan keras kemudian melemparkan dia kearah sebuah batu besar. Reus terlihat agak sulit untuk bangkit karena kepalanya terbentur cukup keras. Darah segar mengucur dari dahinya. Tapi wajah Reus tampak tidak kesakitan. JMin berlari menghampiri Reus.
            “Kau tidak apa-apa?” wajahnya terlihat sangat cemas. Dia membantu Reus berdiri tapi kemudian Reus menepis tangan JMin.
            “Jangan dekati aku” katanya sambil mendelik kearah JMin. JMin terkejut Reus tidak ingin ditolongnya seakan pria itu membencinya. Marcus mendatangi mereka dengan cepat. Dia mendorong JMin dengan bahu tangan kanannya hingga gadis itu terlempar beberapa meter kebelakang. Kemudian dia memegang leher Reus dan mencekiknya dengan kuat,
            “Kau tidak bisa membunuhku, Reus!” serunya sambil mencekik Reus makin kuat. Reus berusaha menendang perut Marcus tapi tenaganya melemah karena Marcus menggunakan kuku-kuku tajamnya yang beracun saat mencekik Reus.
            “Tapi aku bisa” secepat kilat Mo menebas leher Marcus dengan kapaknya. Kepala Marcus pun terlepas dari tubuhnya. Seketika itu pula tubuhnya terbakar api berwarna kebiruan. Mo mengambil kepala Marcus kemudian melemparkannya kedalam kobaran api biru itu. Dia dan Reus memandang kobaran api itu tanpa ekspresi. Kemudian Mo menghampiri JMin yang masih berusaha bangkit karena Marcus tadi melemparnya dengan cukup keras. Dia membantu gadis itu untuk berdiri.
            “Reus!” Jay baru saja datang saat kobaran api biru yang tadi membakar tubuh Marcus itu sudah reda. Dia memandang kobaran dengan prihatin. Kemudian ia menoleh kearah Mo dan melotot padanya.
Mo tahu dia tidak akan bisa begitu saja melarikan diri dari tempat itu. Dia pun memegang tangan JMin dan mengisyaratkan JMin agar berlindung dibelakangnya saat Jay dan Reus mendekati mereka.
“Serahkan gadis itu padaku” kata Jay sambil menyeringai kearah Mo. Terlihat sekali kalau Jay tidak suka pada Mo. Apalagi saat JMin berada didekatnya. Sikapnya seperti seorang kekasih yang cemburu pada pria lain yang mendekati kekasihnya.
“Aku rasa kita impas” sahut Mo dengan santai sambil menoleh sekilas kearah Reus yang baru saja ia selamatkan. Mo ingat, 18 tahun lalu Jay dan Reus lah yang menyelamatkannya dari serangan Lycan yang tak lain adalah ayahnya sendiri. Penampilan keduanya tidak jauh berbeda dari 18 tahun lalu.
“Aku tidak butuh pertolonganmu. Marcus tidak bisa membunuhku” kata Reus enteng. Sesama Strigoi memang tidak bisa saling membunuh. Mereka seperti mempunyai sebuah ikatan darah yang sudah terjalin sejak ratusan tahun lalu. Mereka hanya bisa saling menyakiti tapi tidak akan pernah bisa saling membunuh. Reus malah bergidik ngeri karena satu ramalan Lad telah terbukti. Seorang Lycan akan membunuh Strigoi. Dan itu baru saja terjadi saat Mo berhasil membunuh Marcus dengan mudah.
“Aku tidak akan menyerahkan gadis ini” Mo menekankan kata-katanya. Dia memandang Jay dan Reus serius sambil tetap memegang tangan JMin. Perkiraannya benar. Pasti ada sesuatu pada gadis itu sehingga Strigoi seperti Jay dan Reus mencarinya. “Dia bukan gadis manusia biasa” batinnya
JMin memegang tangan Mo dengan erat. Dia bersyukur Mo ada didekatnya untuk melindunginya. Meski Jay dan Reus sudah menyelamatkannya dari Marcus tapi mereka juga adalah vampir. Sedangkan Mo, meski JMin tahu ia ternyata adalah seorang Lycan, tapi Mo pernah menyelamatkannya dan tidak akan menyakitinya.
Jay bersiap menyerang Mo. Dia tidak akan membiarkan Lycan itu mendekati JMin apapun alasannya. JMin hanya miliknya dan dia tidak akan membiarkan siapa pun merebutnya. Tapi kemudian Reus mencegahnya, wajah Reus tiba-tiba berubah panik.
“Mereka datang” katanya pelan. Jay dan Reus pun berbalik. Lalu sekawanan Moroi yang lebih banyak berdatangan dari segala arah membentuk lingkaran besar dan mengelilingi mereka. Jay dan Reus mundur perlahan dan kini malah memposisikan diri untuk melindungi Mo dan JMin dari sesuatu yang akan datang sesaat lagi. Sesuatu yang mengerikan. Lebih mengerikan dari Marcus dan kawanan Moroi-nya tadi.
Sekelebat bayangan muncul dari balik kawanan Moroi itu dan berdiri ditengah lingkaran tak jauh dari tempat mereka berdiri. Tiga pria muncul dari bayangan itu. Satu orang berdiri agak kedepan layaknya seorang pemimpin. Dua lainnya berada disamping kiri dan kanannya dan berdiri tak jauh darinya. Berbeda dengan pria yang berada disamping kanan yang terlihat sebaya dengan Marcus, pria yang berada disamping kiri dan didepan terlihat berusia lebih tua dari Jay dan Reus. Dan ketiganya juga memiliki mata berwarna terang.
“Aku tidak mengira kau bisa mengalahkan Marcus dengan mudah” Pria yang berada didepan mulai berbicara. Dia menoleh sekilas kearah Mo.
“Dan perkiraanku benar. Kalian berdua datang kesini untuk gadis itu” pria itu kemudian memandang Jay dan Reus bergantian. Meski sama-sama Strigoi, tapi Jay dan Reus bersikap waspada saat ketiga orang itu datang. Mereka bertiga berada dipihak Marcus yang datang ke Berchtesgaden untuk membunuh Mo dan JMin yang menurut mereka akan menghambat rencana mereka untuk menguasai dunia.
“Apa istimewanya gadis itu sampai kalian memilih untuk mengkhianati kaum kalian sendiri?” Pria itu melotot. Para Moroi menyeringai saat mendengar perkataannya. Mereka seperti marah karena Jay dan Reus tidak berada dipihak mereka dan malah melindungi seorang manusia.
JMin sungguh tidak mengerti atas apa yang ia alami malam ini. Dia terkejut ternyata dirinya adalah sasaran para vampir itu. Dia menyesali kepergiannya ke Berchtesgaden yang sepi. Seharusnya ia tetap berada di Munich yang ramai hingga mungkin para vampir itu tidak berani menyerangnya. Tapi dia malah pergi ke Berchtesgaden yang dingin dan sepi, jauh dari orang-orang yang menyayanginya dan bisa melindunginya. Bahkan ia tidak bisa meminta pertolongan pada manusia lain.
“Kau juga tahu dia istimewa, Decebal. Kalau tidak, mana mungkin kau jauh-jauh datang kesini kan?!” Jay membalas. Reus tersenyum menyeringai ketika Jay mengatakan itu. Decebal mendelik tapi kemudian berusaha bersikap tenang lagi.
“Kalian tidak akan bisa menghalangi kami untuk membunuh gadis itu” Dougal-pria yang sebaya dengan Decebal mulai berbicara. Sedari tadi tatapannya tak lepas dari JMin. Seperti seekor harimau yang sedang mengawasi mangsanya.
“Coba saja!” seru Jay dengan lantang. Dia pun mulai menyerang Decebal. Decebal bereaksi dan memberi isyarat pada kedua temannya untuk menyerang mereka. Dougal memberi perintah pada para Moroi untuk menyerang Jay dan Reus.
“Aku akan membalaskan kematian Marcus pada Lycan itu!” seru Max-pria yang sebaya dengan Marcus. Dougal mengangguk. Max pun bergerak kearah Mo dan JMin. Perkelahian sengit tidak terhindarkan lagi. Jay dan Reus melawan Decebal dan Dougal serta kawanan Moroi-nya. Sementara Max melawan Mo dengan amarah dan dendam yang luar biasa karena Mo telah membunuh saudara kembarnya.
Bagi Jay dan Reus, menghadapi Moroi tidak begitu sulit karena mereka hanya mahluk lemah yang berpikiran pendek yang bertarung asal-asalan. Sebanyak apapun kawanan Moroi itu, mereka akan mudah membunuhnya dengan cepat. Tapi menghadapi sesama Strigoi apalagi seperti Decebal cukup sulit. Decebal hidup lebih lama sebagai Strigoi dibanding mereka. Mungkin hanya Constantine yang bisa menandinginya tapi kini Constantine malah menghilang disaat saat genting.
Mo agak kesulitan melawan Max yang jauh lebih kuat dari para Moroi yang biasa ia hadapi. Terlebih lagi kini dia tidak hanya fokus pada serangan Max tapi juga harus fokus untuk melindungi JMin dari para Moroi yang hendak menyerangnya.
Max menyerang Mo dengan kuku-kukunya yang tajam. Dia berhasil melukai lengan kiri Mo hingga mantelnya robek. Mo membalas dengan mencekik leher Max kemudian memukul mukanya dengan kepalanya. Max mundur beberapa langkah. Hidungnya mengeluarkan darah. Mo menyiapkan kapaknya bersiap menghadapi serangan Max lagi tanpa mempedulikan luka dilengannya.
Para Moroi yang berada didekat Mo bereaksi karena darah yang mengalir dari luka dilengannya. Mereka kemudian menyerang Mo, seorang Moroi yang berada dibelakang Mo hendak menyergapnya tapi kemudian JMin merebut kapak Mo dan menebas kepalanya. Mo agak terkejut dengan respon JMin yang cepat dan tersenyum padanya. JMin ikut tersenyum kemudian mengembalikan kapak Mo.
“Gunakan ini” Mo mengeluarkan sebuah senapan laras panjang dari dalam mantelnya dan menyerahkannya pada JMin.
“Tarik pengamannya baru tembak” Mo menjelaskan dengan singkat cara pemakaian senapan itu. JMin mengangguk paham. Dia pun siap menghadapi Moroi yang hendak menyerangnya. Awalnya ia agak sulit menggunakannya dan tembakannya meleset beberapa kali karena hal itu baru pertama kali ia lakukan. Tapi JMin berusaha untuk bisa menembak dengan benar, akhirnya ia pun bisa membunuh beberapa Moroi.
“Aku tidak akan membiarkanmu hidup!”  Max kembali menyerang Mo. Mo dengan gesit menghindar dari serangan Max. Dia mengarahkan kapaknya kearah Max tapi Max melakukan flit-flit singkat dan cepat yang agak susah diikuti Mo karena ia bukan Strigoi meski kecepatannya hampir sama.
Max berhasil menangkapnya dari belakang dan hendak menggigitnya, tapi Mo menahan kepala Max dengan tangannya berusaha menjauhkan mulut Max dari lehernya. Dia memegang tangan Max yang melilit lehernya dengan erat. Mo berusaha melonggarkan lilitan tangan Max dilehernya. Setelah agak longgar, Mo berhasil memegang tangan Max kemudian melakukan back up dengan kuat. Dia berhasil menjatuhkan Max. Max terpelanting cukup keras ketanah. Belum sempat Max bangkit, Mo mengalungkan lengannya melingkari leher Mo kemudian memutar lehernya dengan kuat. “Kraaakkkk!!” terdengar jelas tulang leher Max yang patah karena perbuatan Mo tadi. Max pun tidak sadarkan diri. Kemudian Mo menahan kepala Max dengan lutut kirinya lalu sekali lagi memutar lehernya dan menariknya dengan kuat hingga terlepas dari tubuhnya.
Tubuh Max pun terbakar hebat oleh api berwarna kebiruan sama seperti yang terjadi pada Marcus. Mo bangkit kemudian melemparkan kepala Max kedalam kobaran itu. Decebal, Dougal, Jay dan Reus berhenti sejenak dan menoleh kearah Mo yang sekali lagi telah berhasil membunuh Strigoi. Decebal memandangnya dengan setengah tak percaya. Seorang Lycan yang seharusnya adalah budak Strigoi malah berhasil membunuh Strigoi.
Dougal pun cukup tercengang. Ramalan Lad sudah terbukti. Seorang Lycan akan membunuh para Strigoi dan sistem para Strigoi yang telah bertahan sejak ratusan tahun lalu akan berubah. “Ini tidak bisa dibiarkan!” seru Dougal dalam hati. Dia meninggalkan Reus pada sekelompok Moroi yang tadi membantunya untuk melawan Reus.
Dia pun menyerang Mo. Mo masih terlihat lelah karena bertarung dengan Max. Dia telat menghindar saat Dougal hendak merobek dadanya dengan kuku-kukunya yang tajam dan beracun. Beruntung serangan Dougal hanya mengenai kulit luarnya, tidak sampai merobek kulitnya. Mo membalas dengan mengarahkan kuku-kukunya pada Dougal. Tapi Dougal merupakan lawan yang tangguh. Dia berhasil menghindar dengan mudah dan kembali menyerang Mo.
Dia mencengkram leher Mo dengan kuat hingga tubuh Mo sedikit terangkat kemudian melemparkan tubuh Mo kesebuah batang pohon besar seakan tubuh Mo sangat ringan. Dia mendatangi Mo lagi dengan cepat sebelum Mo sempat bangkit lantas menarik kerah mantelnya dan mengangkat tubuh Mo lagi dan membantingnya. Dougal sangat marah karena kematian Max dan Marcus. Dia berjanji pada dirinya sendiri akan membalaskan kematian mereka pada Mo. Dia akan membunuh Mo dengan cara yang lebih menyakitkan.
Jay dan Decebal masih bertarung sengit. Mereka tahu kalau mereka tidak akan bisa saling membunuh karena bila salah satu dari mereka mencoba membunuh lainnya, maka keduanya akan sama2 mati. Itulah aturan darah para Strigoi. Bila keduanya saling membunuh maka keduanya akan mati juga. Kini,baik Jay ataupun Decebal sama-sama tidak ingin mati lebih cepat. Jay masih ingin hidup untuk melindungi JMin sedangkan Decebal ingin menjalankan rencananya. Keduanya bertarung tapi tetap menjaga diri agar tidak saling terbunuh.
Sementara Reus mulai terlihat kesal karena kawanan Moroi yang menyerangnya tidak kunjung berkurang seakan semua pasukan Moroi milik Decebal dikerahkan semua ke Berchtesgaden. Sesekali ia juga harus membantu JMin agar gadis itu tidak terluka atau Jay akan memarahinya.
“Eh~ thanks” ucap JMin saat Reus membunuh Moroi yang hendak menyerang JMin dari atas pohon. Reus mendelik kearah gadis itu seakan dia hanya melakukan itu karena terpaksa. JMin mengerucutkan bibirnya dan tak mengerti kenapa Reus bersikap seperti itu padanya padahal mereka baru pertama kali bertemu. JMin pun akhirnya mengambil kapak Mo yang tergeletak tak jauh darinya dan mulai menyerang kawanan Moroi. Peluru disenapannya sudah habis tapi para Moroi masih berdatangan dari segala arah menyerangnya
Dougal kembali mendatangi Mo dengan cepat dan hendak menghabisi nyawa Mo saat itu juga. Dengan tenaga seadanya Mo berusaha melawan Dougal. Dia mendorong tubuh Dougal berusaha menyakiti pria itu dengan kuku-kukunya. Tapi Dougal masih bisa menghindar dari serangan Mo. Mo tidak kehabisan akal, ia mundur beberapa langkah lalu berlari dengan cepat melompat keatas Dougal kemudian menendang wajah pria itu. Dougal pun roboh. Dengan cepat Mo mengambil posisi diatas Dougal sebelum dia bangkit. Mo menahan kedua lengan Dougal dengan kedua lututnya sambil mencekik Dougal kuat-kuat.
Dougal berusaha melepaskan diri tapi Mo cukup kuat menahannya. Seorang Moroi membantu Dougal. Dia menyerang Mo dari belakang dengan melilitkan lengannya keleher Mo. Namun, Mo dengan mudah membanting Moroi itu lantas menusukkan kuku-kukunya ke jantung Moroi itu. Dougal berhasil bangkit lalu kemudian menyerang Mo dari belakang tepat saat Mo hendak berbalik setelah menghabisi Moroi itu, tapi kemudian…”Batttsss!!!”
Kepala Dougal tertebas oleh sebuah kapak dan menggelinding beberapa jengkal.
Mo sangat terkejut melihat JMin yang tadi menebas kepala Dougal. Gadis itu juga terkejut melihat apa yang barusan ia lakukan. Dia tidak menyangka bisa membunuh Dougal. Dia berdiri mematung melihat kobaran api biru yang membakar tubuh Dougal dan menjatuhkan kapaknya. Reus yang melihatnya pun tercengang. Dia tidak menyadari gerakan JMin dan tahu-tahu gadis itu sudah berada dibelakang Dougal dan membunuhnya.
Mo menghampiri JMin dan mengambil kapaknya. Dia memeluk pinggang JMin dan mengajaknya menjauhi kobaran api biru itu. JMin masih terlihat shock dan pucat saat dia membunuh Dougal. Dia merasakan hal yang aneh saat dia membunuh Dougal, tidak seperti saat ia membunuh para Moroi itu. Seketika tubuhnya menjadi gemetar dan dingin saat melakukannya. Seperti baru saja dihantam oleh sebongkah besar bola salju.
“Tidak apa-apa. Kau melakukan hal yang benar” Mo berusaha menenangkan JMin. JMin memeluk Mo dan akhirnya dia bisa merasakan kehangatan kembali saat Mo memeluknya.  Para Moroi mulai seperti kehilangan arah saat tiga orang tuan mereka mati dan Decebal kini sudah terdesak oleh Jay. Dia sangat terkejut gadis itu berhasil membunuh Dougal dan Dougal tidak menyadari kedatangannya. “Siapa sebenarnya dia?” Decebal tak habis pikir.
Constantine muncul membantu Reus untuk menghabisi sisa Moroi yang masih bertahan. Constantine dengan mudah menghabisi beberapa Moroi sekaligus dengan satu tebasan pedangnya. Jay mendesak Decebal kesebuah bongkahan batu yang besar yang berada diujung jurang terjal. Constantine dan Reus datang membantunya setelah mereka berhasil menghabisi semua Moroi. Reus membantu Jay dengan memegangi kedua lengan Decebal. Keadaan Decebal dan Jay cukup parah. Luka memar dan sayatan terlihat dibeberapa bagian tubuh mereka. Kedua orang itu memang sama-sama keras kepala.
“Mau apa kalian? Kalian tidak bisa membunuhku!” seru Decebal. Dia tahu dia mungkin sudah kalah setelah Dougal, Max dan Marcus berhasil dibunuh oleh Lycan dan gadis itu. Tapi dia tidak akan menyerah begitu saja. Dia tahu Constantine dan kawan-kawannya tidak akan bisa membunuhnya atau melakukan sesuatu padanya. Mereka adalah Strigoi. Kekuatan dan kelebihan mereka hampir sama.
“Siapa bilang kami akan membunuhmu” Constantine menyeringai kearah Decebal. Dia tersenyum. Senyuman licik yang sudah lama tak diperlihatkannya. Constantine senang semua rencananya berhasil meski ia tidak ikut andil dalam pertarungan tadi. Dia percaya dengan ramalan Lad dan memang terbukti. Lycan itu dan JMin bisa membunuh para Strigoi.
“Kami hanya akan mencegahmu menjalankan rencanamu untuk menguasai dunia” Constantine melanjutkan.
“Aku tidak ingin keberadaan Strigoi diketahui manusia. Kau sudah tahu kalau itu terjadi malah akan membawa bencana pada kita” seorang pria datang dari arah belakang Constantine. Pria itu masih sangat muda, mungkin usianya belum genap 20 tahun. Dia memiliki rambut hitam dan kulit lebih pucat dari Jay dan juga yang lainnya. Dan dia memiliki dua warna mata yang berbeda yaitu merah disebelah kiri dan biru disebelah kanan.
Constantine bergeser sedikit untuk memberi jalan pada pria muda itu mendekati Decebal. Decebal seperti melihat hantu saat bertatapan dengan pria itu.
“L-l-lad! Apa yang kau lakukan disini?” katanya agak terbata. Lad menghilang puluhan tahun lalu sesaat setelah memberitahukan ramalannya. Namun, kini dia muncul didepan Decebal dengan sosok remaja berusia belasan tahun. Decebal bisa mengenali Lad dari matanya meski dia berganti-ganti penampilan menyesuaikan diri dengan lingkungan dan zaman.
“Aku akan memberimu pelajaran” jawab Lad lalu dengan cepat dia menggigit leher Decebal. Decebal mengerang. Jay dan Reus memeganginya dengan kuat. Sesuatu berubah pada diri Decebal setelah Lad menggigitnya. Kuku dan taringnya berubah menjadi kekuningan kemudian matanya yang tadi berwarna ungu terang kini berubah menjadi hitam pekat sama seperti para Moroi itu. Lad telah mengubah Decebal menjadi Moroi. Constantine pun kemudian membunuhnya dengan pedangnya.
“Terima kasih sudah membantu” kata Constantine pada Lad dengan sopan. Dia agak menunduk saat mengatakannya seolah derajat Lad lebih tinggi darinya. Lad hanya tersenyum kemudian dia berbalik mendekati Mo dan JMin yang sejak tadi memperhatikan peristiwa itu. JMin memeluk Mo makin erat saat Lad mendekatinya. Ada hawa aneh ketika pria muda itu mendekat. Auranya bahkan lebih kuat dari Constantine dan lainnya. Mo juga merasakan hal yang sama. Dia tahu Lad juga mahluk sebangsa mereka namun lebih kuat. Mungkin yang paling kuat.
“Dia tumbuh menjadi gadis yang cantik, Jay” katanya sambil mendekati JMin. Jay bersikap agak salah tingkah saat Lad mengatakan itu. Dia agak tertunduk malu.
“Aku tidak akan menyakitinya” katanya pada Mo yang hendak menyerangnya karena dia mendekati JMin. Dan entah kenapa Mo percaya padanya. Lad pun mendekati JMin dan menyentuh wajah gadis itu dengan tangannya. Lad merasakan kehangatan yang menyejukkan saat menyentuh JMin. “Aura yang menakjubkan” katanya. JMin tersenyum meski tidak paham maksud Lad.
Lalu ia tersenyum kepada Mo. Lycan itu juga memiliki aura yang sama tapi tersembunyi dibalik kekuatan dan darah Lycan-nya. Tak salah, ia memberikan darahnya pada Lycan itu 18 tahun yang lalu. Dia ‘menciptakan’ Mo yang sekarang sebagai penyeimbang kekuatan JMin. Lad tahu hanya seorang Lycan yang bisa mengimbanginya. Dan Constantine telah memilih Lycan yang tepat.
Akhirnya Lad pun beranjak menjauhi mereka kemudian melakukan flit dan meninggalkan tempat itu. Menghilang seperti kebiasaannya.
“Jauhi Lycan itu!”  seru Jay pada JMin saat dia menghampiri mereka. Wajahnya terlihat kesal karena JMin memeluk Mo dengan erat. JMin mendelik kearah Jay. Dia masih tidak tahu kenapa Jay begitu marah bila dia berdekatan dengan Mo.
“Tidak mau!” JMin malah memeluk Mo makin erat.
“Sudahlah Jay. Biarkan saja. Lagipula JMin tidak bisa ikut dengan kita” ujar Reus saat JMin balas membentak Jay. Luka didahi dan beberapa bagian tubuh Reus dan Jay perlahan mulai pulih. Kulit mereka yang robek berubah menjadi normal kembali seakan berregenerasi dengan sangat cepat.
“Eh~ apa maksud kalian?” JMin penasaran. Dia masih tidak tahu alasan para vampir itu mengejar dirinya dan alasan kenapa Jay dan teman-temannya malah mengkhianati Decebal dan berbalik melindunginya. Reus memandangnya dengan sinis.
“Lanjutkan saja perbincangan kalian. Aku mau pulang” Mo melepaskan diri dari JMin. Dia tidak tahu dan tidak mau tahu urusan para Strigoi itu dengan JMin. Dia bersyukur kawanan Moroi yang haus darah itu tidak menyerang kotanya. “Siapapun dia, dia pasti bukan gadis biasa. Para Strigoi itu mati-matian melindunginya dari Strigoi lain yang ingin membunuhnya” batin Mo sambil memandang JMin diam-diam.
“Sie ist sehr schon~ Ich hoffe, immer an ihrer seite. “ batinnya. “But it’s impossible” katanya lagi dengan ekspresi memelas. Akhirnya dia pun mengambil kapaknya kemudian beranjak dari situ. Dia berjalan agak tertatih karena menahan sakit dari luka-lukanya.
“Hei! Kau akan meninggalkanku dengan mereka?” JMin tidak percaya Mo meninggalkannya dengan para vampir itu.
“Mereka tidak akan menyakitimu” jawab Mo enteng sambil berjalan menjauhi JMin dan juga para Strigoi itu menembus belantara hutan Berchtesgaden.
“Aku juga mau pergi saja” ujar Reus kemudian melakukan flit. Dia tidak suka berdekatan dengan JMin karena aura gadis itu membuatnya merinding. Makanya Reus tidak pernah mau bersikap ramah pada gadis itu meski ia sangat menyayanginya sejak dulu. Kini semakin dewasa, auranya malah semakin besar padahal ia belum menyadari kekuatannya.
“Jangan memaksanya Jay. Dia juga manusia dan dia tidak bisa hidup seperti kita” Constantine menepuk bahu Jay pelan lalu kemudian melakukan flit meninggalkan Jay dan JMin berdua. Sama seperti Reus, Constantine juga enggan berlama-lama didekat JMin. Kelahiran JMin tidak bisa dicegah. Dia tidak punya pilihan lain selain menyembunyikan keberadaan gadis itu dan melindunginya dari Strigoi lain yang menganggapnya sebagai petaka. Beruntung, Lad berada dipihaknya dan memberi sedikit solusi untuk masalah JMin. Kini dia akan mengawasi JMin dan Mo untuk membuktikan satu lagi ramalan Lad.
JMin memandang Jay dengan waswas. Jay memandang JMin penuh kerinduan seperti sudah lama ia tidak bertemu dengan JMin. Jay tersenyum padanya. Senyuman yang tulus dan hangat. Untuk sesaat, JMin terpesona dengan senyumannya. Kini ia yakin Jay tidak akan menyakitinya.
“Oke. sekarang tinggal kita berdua. Jadi ada apa sebenarnya?” tanya JMin.

[ to be continued ]
By @hiki0717

Glosarium :
1.      Flit : adalah gerakan berlari atau melompat dengan sangat cepat yang merupakan kelebihan vampir. Para vampir bisa membawa manusia pada saat melakukan flit, tapi manusia itu harus menahan napas agar tidak terpengaruh oleh tekanan udara. Kalau tidak, dia akan mengalami mual,pusing,muntah bahkan pingsan ;) [credit by: Cirque de freak : The Vampire Assistant starred by : Salma Hayek & Josh Hutcherson]
2.      Ramsau Bei Berchtesgaden adalah kota terdekat dari Berchtesgaden yang letaknya dibawah kaki gunung Watzmann. Ramsau merupakan kota kecil yang hanya berpenduduk kurang dari 2000 jiwa ;)

1 comment:

  1. Aigooooo.... *deeeeeeeppppp sigh*
    Ngebayangin si jung ngebantai kyu ama changmin *jitak hiki*
    Aigoooo....

    ReplyDelete