Thursday, 7 March 2013

The Mist of Romantic Corner [ Part 4 ]


The Mist of Romantic Corner [ Part 4 ]

Transylvania

            “ Aku sudah siap “ kata Max saat ia menghampiri Dougal yang tengah berdiri di salah satu balkon batu yang terletak disalah satu menara di kastil itu. Dougal berdiri tegap sambil memainkan jemarinya dibelakang pinggangnya, menatap kearah hutan belantara Transylvania, menikmati pemandangan matahari terbenam yang diselimuti kabut. Dougal mungkin akan merindukan pemandangan itu karena ia harus meninggalkan Transylvania untuk menjalankan misinya.
            “ Segera habisi Lycan itu. Dia akan sangat merepotkan kita bila terus hidup” kata Dougal.
            “ Aku mengerti “ Max menjawab patuh sambil menunduk. Ia tetap melakukan itu meski Dougal tidak melihatnya. Max sangat menghormati Dougal seperti ayahnya sendiri. Dia selalu patuh padanya. Berbeda dengan Marcus yang cenderung cerewet dan kekanakkan, Max lebih kalem dan pendiam. Dan dia selalu jadi anak penurut bagi Dougal.
            “ Kau pergi saja sekarang. Aku dan Decebal punya urusan lain. Aku rasa kau dan Marcus bisa menghadapi Lycan dan gadis itu tanpa bantuan kami” kata Dougal lagi
            “ Bagaimana bila Constantine dan yang lain ada disana?” Max bertanya dengan agak takut. Meski sama-sama Strigoi, tapi Max agak takut dengan kekuatan Constantine yang misterius. Dia sangat mengenal kekuatan Jay dan Reus karena tidak terlalu berbeda dengannya. Namun, lain halnya dengan Constantine. Max selalu menjaga jarak dengan Constantine karena kemisteriusannya.
            “ Kau takut padanya?” Dougal balik bertanya. Dia cukup paham dengan maksud Max dan tahu kalau anak itu tidak begitu suka pada Constantine. Constantine memang mempunyai kekuatan yang misterius, Dougal juga tidak benar-benar tahu kekuatan seperti apa yang dimiliki Constantine.
            “ Tidak. Tapi..”
            “ Bila Constantine datang, maka aku akan datang juga”  potong Dougal sebelum Max sempat menyelesaikan kalimatnya. Terlihat segurat kelegaan diwajah Max. “Setidaknya Dougal adalah lawan yang setimpal bagi Constantine” batin Max. Max pun pamit kemudian melakukan flit melewati hutan belantara Transylvania.
            Dougal masih berdiri disana hingga malam tiba. Perang saudara telah dimulai dan ramalan pun akan terjadi. Dougal dan Decebal sudah menyiapkan semuanya sejak lama. Mereka membentuk pasukan Moroi untuk melawan Constantine dan antek-anteknya. “Strigoi akan berkuasa. Kini manusia yang harus takut pada kita” kata-kata Decebal selalu terpatri di pikirannya. Tak lama lagi mereka tidak harus bersembunyi ditengah-tengah hutan belantara yang tak tersentuh peradaban manusia. Tak lama lagi mereka akan berkuasa. Dougal sudah tidak sabar menunggu datangnya saat itu.

#####

Ramsau bei Berchtesgaden, Jerman
            Sekembalinya ke hotel, JMin langsung memesan sarapan dan mandi. Dia berendam di air hangat sambil mengingat-ingat kembali peristiwa tadi malam. Dia berniat akan melaporkan kejadian itu pada polisi setempat, tapi kemudian mengurungkan niatnya. Polisi mungkin tidak akan percaya pada ceritanya nanti.
            Tak lama setelah JMin berpakaian, pegawai hotel datang membawakan sarapan untuknya. JMin memesan sarapan ala Bavarian, satu porsi Weisswurst, enam pieces bread garlic dengan tambahan Obazda, Munchner Apfelstrudel dan segelas jus jeruk. “Pantas tadi Mo memberiku apel” JMin tertawa kecil. Menurut pegawai hotel, rata-rata Bavarian sangat suka apel.
            JMin memakan sarapannya dengan lahap sambil menikmati pemandangan gunung Watzmann yang indah. Dia sengaja memilih hotel yang berada dikaki gunung Watzmann karena pemandangan gunung itu sangat memukau. JMin berniat akan segera kembali ke Edinburgh hari itu juga. Peristiwa tadi malam sangat membuatnya takut. JMin masih tidak percaya kenapa bisa ada dua vampir di Berchtesgadener Land. Selama ini dia berpikir vampir itu hanya mitos dan tidak nyata tapi peristiwa semalam mengubah semua pemikirannya.
            “ Oh~ well, sepertinya aku ditakdirkan untuk tinggal disini beberapa hari lagi” keluh JMin saat ia mendapatkan jawaban yang tidak ia harapkan dari beberapa biro perjalanan yang diteleponnya. Hampir semua penerbangan dari dan menuju Jerman ditunda karena cuaca buruk untuk waktu yang belum bisa ditentukan. JMin pun menelpon Jessica.
            “ Halo” sapa Jessica diujung telepon
            “ Hai, Jess. Ini aku” sahut JMin
            “ JMin?? Kau kemana saja?? Kenapa baru menelponku?? Bagaimana keadaanmu disana?? Apakah Jerman sangat menyenangkan??” Jessica membormbardir JMin dengan banyak pertanyaan.
            “ Hei! Pelan-pelan! Kenapa kau suka sekali memberi banyak pertanyaan sekaligus sih?” JMin menggerutu. Jessica tertawa kecil
            “ Haha~ maaf, kebiasaan sih. Jadi bagaimana kabarmu disana? “
            “ Lumayanlah. Disini dingin “ dan agak menakutkan- sambung JMin dalam hati. Dia berniat menceritakannya pengalamannya yang diserang oleh vampir pada Jessica. Namun, dia tidak ingin membuat sahabatnya itu khawatir. Dia tahu benar, bagaimana reaksi panik Jessica nantinya bila ia tahu tentang vampir itu
            “ Lalu~ apakah kau menemukan pria idamanmu disana?” Jessica menggoda JMin. Pipi JMin memerah saat Jessica menanyakan itu karena tiba-tiba ia teringat Mo. Pria yang menyelamatkan hidupnya. Pria aneh dan misterius yang tinggal dihutan. Pria yang sudah dengan lancang menciumnya tanpa seizinnya.
            “Iya. Eh~ Tidak. Tidak juga maksudku” JMin menjawab dengan terbata-bata
            “ Tidak juga berarti iya. Seperti apa dia? Tampan? Kaya?” Jessica semakin penasaran
            “ Apa sih kau ini?! Dia hanya menolongku beberapa kali. Itu saja” JMin membantah. JMin kembali mengingat-ingat Mo. “Yah~ dia cukup tampan sih sebenarnya, kalau saja ia tidak bersikap dingin mungkin akan terlihat lebih tampan lagi” batin JMin
            “ Jadi~ kapan kau akan mengenalkannya padaku?” tanya Jessica
            “ Jess~ please~~ aku saja tidak tahu namanya. Sudahlah.” ujar JMin mulai kesal. Jessica selalu begitu bila JMin sedang dekat dengan seorang pria. Selalu penasaran bila dia sedang dekat dengan seorang pria. JMin memang berbeda dengan Jessica yang selalu mudah mendapat teman kencan semudah membalikkan telapak tangan. JMin cenderung kaku bila berdekatan dengan seseorang yang baru dikenalnya.
            “ Walaupun agak menakutkan, tapi entah kenapa aku merasa aman saat berada didekatnya, padahal aku baru mengenalnya” batin JMin saat kembali memikirkan Mo.
            “ Hey! JMin! Are you still there?” suara Jessica mengejutkannya
            “ Ohh~ yes, I’m still here”
            “ Hmmm~ kau memikirkan dia yaa?!” goda Jessica
            “ Aaaah~ tidak kok” JMin berbohong. Pipinya kembali memerah
            “ Pokoknya kau harus menceritakannya padaku saat kau pulang nanti” kata Jessica
            “ Okay grandma~ I have to go now. Bye Jess” pamit JMin
            “ Bye honey~ Take care~” Jessica pun menutup teleponnya. JMin kembali memikirkan Mo. “Kalau dia bukan vampir, lalu apa?” batinnya. Mo memiliki kuku dan taring yang sama seperti vampir itu, dia juga cepat dan kuat seperti mereka. Tapi Mo bisa berjalan santai dibawah matahari, sedangkan para vampir seharusnya tidak bisa berada dibawah matahari.
            “ Mo, siapa kau sebenarnya? “ gumam JMin pelan

#####

Di sebuah ruangan rahasia di Basilica San Pietro, Belluno, Italy
            Ruangan itu terbuat dari dinding batu yang kokoh. Tidak terlalu besar dan tidak memiliki jendela. Cahaya satu-satunya hanya berasal dari lampu gantung berukuran sedang yang tergantung ditengah-tengah ruangan. Langit-langit ruangan itu cukup tinggi dengan bentuk membulat diatasnya, pertanda atap ruangan itu berbentuk kubah.
            Diruangan itu ada sebuah meja dan beberapa kursi serta rak buku berukuran lumayan besar yang berisi buku-buku dan artefak-artefak kuno yang tersusun rapi. Seorang pendeta berusia sekitar 50an duduk menghadap meja dan membelakangi rak buku itu. Dia menaruh kedua sikunya dimeja untuk memangku dagunya. Wajahnya terlihat cemas.
            “ Mungkin sebentar lagi Decebal akan melancarkan serangannya” kata Constantine yang berdiri tak jauh dari pendeta itu. Wajah Constantine juga terlihat cemas. Dia dan Decebal sudah tidak sejalan lagi meski mereka adalah Strigoi. Decebal mulai bersikap angkuh dan menganggap bahwa manusia tidak sederajat dengan para Strigoi. Dia ingin melenyapkan ras manusia dari muka bumi ini kemudian menguasai dunia. Dia telah melupakan perjanjian suci yang telah dibuat Strigoi dengan gereja sejak berabad-abad lalu.
            “ Bila itu sampai terjadi, kau tahu harus berbuat apa” lanjut Constantine sambil menatap pendeta itu lekat-lekat.
              Kau akan pergi ke Jerman?” tanya pendeta itu. Constantine mengangguk. Dia yakin Decebal tidak akan diam saja mengetahui tentang JMin dan Lycan itu. Decebal pasti akan bertindak sebelum ramalan itu menjadi kenyataan. Ramalan yang akan mengubah sistem dan darah para Strigoi yang sangat tidak diinginkan oleh Decebal.
            “ Decebal pasti akan ke Jerman. Aku akan menghentikan dia semampuku” tersirat sedikit keraguan di perkataan Constantine. Decebal pasti membentuk beberapa kawanan Moroi untuk membantunya. Dougal, Max dan Marcus juga berpihak padanya sementara Constantine hanya memiliki Jay dan Reus dan mungkin Lycan itu.
            Sementara itu diluar ruangan rahasia itu, Jay dan Reus tampak berjaga didepan pintu masuk. Reus berdiri sambil bersandar di dinding dengan melipat kedua tangannya di dada. Dia mendengus sebal melihat tingkah Jay yang berjalan mondar-mandir karena gelisah. Jay sudah melakukan hal itu sejak Constantine masuk ke ruangan.
            “ Dia lama sekali” ujar Jay tak sabar karena Constantine tidak kunjung keluar selama setengah jam. Reus hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah Jay.
            “ Bagaimana bila Max sudah sampai disana lebih dulu? Bagaimana bila Max sudah melihatnya? Bagaimana bila..”
            “ Jay! Kau ini kenapa sih?!” Reus memotong perkataan Jay sebelum Jay menyelesaikannya. Reus mendelik kearah Jay. Jay langsung diam kemudian ikut bersandar disebelah Reus.
            “ Aku hanya tidak ingin hal buruk menimpanya” gumam Jay pelan. Reus tahu Jay mengatakan itu dari hatinya yang terdalam.
            “ I know. Kita juga begitu. Tapi kita harus tetap waspada dan berkepala dingin. Lawan kita itu adalah Decebal dan lainnya. Bukan Moroi yang bodoh itu” Reus berusaha menenangkan Jay. Jay menatap Reus lekat-lekat. Dalam hati ia bersyukur masih memiliki Reus yang masih setia mendukungnya dan melindungi perjanjian suci antara Strigoi dan gereja padahal Reus tidak terlalu suka pada manusia.
            “ Lagipula, sisi manusianya masih lebih dominan. Decebal mungkin akan sulit mengendusnya. Kita harus membawa dia ke Lycan itu untuk menyembunyikan baunya” lanjut Reus.
            “ Kenapa harus dibawa ke Lycan itu? Ah! Menyebalkan!” Jay mendengus kesal. Dia agak tidak setuju dengan rencana Constantine untuk membawa JMin ketempat Lycan itu. Pertama, karena dia tidak suka pada Lycan dari Berchtesgaden itu dan kedua, karena ramalan Lad. Ramalan Lad lah yang membuatnya cemas soal JMin.
            “ Jadi kau lebih memilih JMin terbunuh?” Reus balik bertanya sambil menatap sinis ke arah Jay.
            “ Tidak. Tapi kita kan bisa saja membawa JMin bersama kita” balas Jay
            “ Lalu melibatkan dia ke dalam kehidupan keras dan kejam dunia Strigoi? Baiklah, kalau itu memang keinginanmu tapi itu sama saja membuatnya mati!”
            “ Jadi menurutmu, membawa dia pada Lycan itu lebih baik? Heh?”
            “ Tentu saja. Setidaknya Lycan itu manusia”
Reus dan Jay berdebat. Keduanya berselisih pendapat tentang nasib JMin. Jay ingin JMin ikut bersamanya agar dia bisa terus melindungi JMin. Tapi Reus dan Constantine beranggapan lain. Keadaan mungkin akan lebih buruk bila JMin bersama Jay. Maka untuk sementara, Constantine akan membawa JMin pada Lycan itu.
            “ Aku tahu seperti apa Mortimer Jung. Dia mungkin bukan pemburu Moroi yang terbaik, tapi dia pasti akan melindungi JMin dan juga manusia lain dengan sekuat tenaganya” ujar Constantine saat ia keluar dari ruangan rahasia itu. Dia mendengar seluruh percakapan Jay dan Reus tadi. Constantine paham dengan kekhawatiran Jay sebagai orang yang paling bertanggung jawab atas JMin. Namun, persoalan JMin dan juga Lycan itu kini bukan lagi persoalan internal Jay tapi juga persoalan semua Strigoi dan kelangsungan hidup umat manusia.
#####
Kediaman keluarga Jung, Berchtesgaden, Jerman
            Setibanya dirumah, Mo langsung memanggil Hildegardis-kepala koki dirumahnya- untuk menyiapkan sarapannya sebanyak 3 porsi. Dia selalu bangun dengan keadaan perut super lapar dipagi hari setelah perubahan dirinya menjadi setengah Lycan saat malam. Mo pun duduk di meja makan, tak lama kemudian Hildegardis datang dari arah dapur sambil membawakan sarapannya.
            “ Baru dibuat dan masih panas. Selamat menikmati, Tuan Muda “ kata Hildegardis sambil tersenyum riang. Wanita berusia 50 tahunan itu tahu benar kebiasaan Mo yang lebih suka memakan makanan yang baru saja dimasak. Dan Hildegardis adalah koki handal yang bisa menyajikan makanan yang enak hanya dalam waktu singkat.
            “ Danke “ Mo menjawab senang. Dia pun langsung memakan sarapannya dengan lahap. Hildegardis pun meninggalkan Mo diruang makan sendirian agar Mo bisa menikmati sarapannya dengan leluasa. Tak lama kemudian, Ebert masuk ke ruang makan dan menyapa Mo,
            “ Guten Morgen Tuan. Anda baru pulang sepertinya “
            “ Yes. Semalam aku menginap di pondok” jawab Mo sambil tetap menikmati sarapannya.
Ebert tersenyum. Dia selalu suka melihat Mo bila sedang makan dengan lahap. Membuatnya terlihat manusiawi. Ebert tak ingin mengganggu selera makan Mo, dia pun beranjak menuju dapur melalui pintu penghubung kecil yang tadi dilewati Hildergardis. Tapi Mo lebih dulu memanggilnya,
            “ Ebert”
            “ Yes, Sir?” jawab Ebert sopan
            “ Aku menemukan mereka semalam. Di hutan Berchtesgaden” terdengar kegetiran saat Mo mengatakannya. Dia sudah menghabiskan sarapannya kemudian menengguk habis segelas jus jeruk hangat.
            “ Apa? Benarkah?” Ebert sangat terkejut mendengar kabar itu.
            “ Iya. Dua orang dan mereka menyerang seorang turis yang tersesat dihutan”  lanjut Mo. Ebert pun menghampiri Mo. Kini dia bisa melihat wajah Mo yang sangat cemas. Terlihat sekali kalau Mo sedang menanggung beban yang sangat berat
            “ Tapi tidak ada berita kematian dikoran pagi ini “
            “ Turis itu tidak mati. Aku menyelamatkannya dan membawanya ke pondok”
            “ Syukurlah. Tapi apakah tidak apa-apa? Dia melihat Anda saat sedang dalam masa itu kan?!”
            “ Iya. Dia melihatku dan menyangka aku salah satu dari mereka awalnya”
            “ Lalu? Anda menjelaskan siapa anda sebenarnya?“
            “ Tidak. Tentu saja tidak. Dia kan hanya turis. “
            “ Semoga dia tidak menceritakannya pada orang lain. Itu akan berdampak buruk bagi Anda”
            “ Kuharap begitu Ebert. Tapi sepertinya gadis itu tidak punya keberanian untuk menceritakan soal peristiwa semalam pada siapa pun”
            “ Ah~ Jadi dia seorang gadis?” Ebert menatap Mo sambil tersenyum
            “ Ke-kenapa memangnya bila ia seorang gadis?” kata Mo agak terbata.
            “ Jadi semalam Anda tidak pulang kerumah karena menginap dipondok dengan seorang gadis?” Ebert balik bertanya masih dengan senyuman yang membuat Mo salah tingkah
            “ Aku tidak melakukan apa-apa dengannya!” seru Mo dengan wajah memerah karena malu. Seperti seorang bocah laki-laki yang ketahuan menyimpan majalah dewasa oleh ayahnya. Ebert malah tertawa. Dia tidak menyangka bahwa Mo sepolos itu.
            “ Aku tidak berpikir Anda melakukan hal itu padanya “ katanya. Mo mendelik kearah Ebert. Ebert pun menghentikan tawanya “ Maaf “ katanya kemudian kembali memasang ekspresi serius.
            “ Sudahlah. Tidak usah membahas gadis itu” kata Mo. Wajahnya pun kembali serius.
            “ Mungkin kita harus menyarankan pada Walikota untuk memberi himbauan pada warga dan turis untuk menjauhi hutan saat malam hari.” Ebert memberi usul.
            “ Kau benar. Bilang saja hal ini untuk berjaga-jaga karena kasus serangan binatang buas di Bad Reichenhall” ujar Mo setuju. Ebert pun mengangguk paham. Dia senang setidaknya dia bisa melakukan sesuatu untuk melindungi kota meski bukan hal yang besar seperti yang dilakukan Mo.
            “ Saya akan menemui Walikota dan memberitahu tentang hal ini”
            “ Okay. Aku akan tetap berpatroli disekitar hutan Berchtesgadener Land “ kata Mo seraya bangkit dari kursinya.
            “ Danke” ucap Ebert saat Mo akan beranjak dari situ.
            “ Eh? Apa maksudmu?” tanya Mo heran karena Ebert tiba-tiba mengucapkan terimakasih padanya.
            “ Terima kasih karena Anda sudah menjaga kami selama ini“ kata Ebert sambil tersenyum. Mo pun ikut tersenyum.
            “ Itu sudah kewajibanku. Aku tidak akan memaafkan diriku sendiri bila aku tidak bisa menghentikan mereka” jawab Mo kemudian pergi meninggalkan Ebert. Ebert masih berdiri disitu sampai sosok Mo tidak terlihat lagi olehnya. Dia sangat bangga pada Mo karena di usianya yang semuda itu, Mo memilih untuk memikul tanggung jawab demi melindungi manusia khususnya warga kota Berchtesgaden dari serangan mahluk-mahluk itu.
            [ to be continued ]

by @hiki0717

Glosarium
1.      Weisswurst : makanan tradisional khusus ala Bavarian ( penduduk Bavaria State, Jerman ) yang disajikan pada saat sarapan atau sebelum pukul 12 siang. Menu ini terdiri dari sosis daging sapi yang dicincang halus yang juga disajikan bersama bacon ( daging babi asap )
2.      Obazda : cheese crème dengan tambahan bawang dan bubuk paprika yang biasa disajikan bersama garlic bread.
3.      Munchner Apfelstrudel : Kue lapis dengan filling crème apel khas Munchen atau Bavaria biasa disajikan sebagai dessert.


No comments:

Post a Comment