Hello, this is my 1st FF yang bersetting
di Eropa tapi tetap berasa Korea XD So, ada sedikit penyesuaian tentang nama
tokoh2nya ya ;) untuk di part ini, inilah penyesuaiannya :
1. Jessamine
Shaw aka JMin : Oh Jimin
2. Mortimer
Jung : Jung Mo Kim (
TRAX )
3. Jay : Jay Kim (
TRAX )
4. Reus
(dibaca: Ros) : Rose ( No Min
Woo )
P.S : Gak hanya di Korea, surname Jung juga cukup
banyak dipake orang Jerman XD #fakta. Okay, just enjoy reading and please
comment ;) Thanks anyway ;)
Black Forest, Jerman lewat tengah malam
Dia
berlari hampir secepat angin. Mo mengejarnya dengan kecepatan yang hampir sama.
Suasana hutan malam itu cukup terang karena sinar bulan purnama. Namun keadaan
hutan cukup sunyi seakan hewan2 dihutan bersembunyi disarang mereka masing2 menghindari
aksi kejar-kejaran antara Mo dengan seorang Moroi yang tampak tak jauh lebih
tua darinya. Mo menyiapkan kapaknya sambil berlari lantas mengarahkannya tepat
kepunggung Moroi itu.
“Baaaatttsss!!” kapak itu tepat mengenai sasaran.
Moroi itu pun langsung jatuh tersungkur. Mo menghampiri Moroi yang sedang
kesakitan itu kemudian mencabut kapaknya. Moroi itu berusaha bangkit dan
menyerang Mo dengan kuku-kukunya yang tajam. Tapi Mo dengan gesit menghindar
“
Siapa kau?” tanya Moroi yang masih berusaha berdiri tegak dan mengumpulkan
tenaga untuk menyerang Mo. Moroi itu cukup terkejut dengan kecepatan dan
kegesitan Mo yang hampir menyamainya. Selama ini tak ada satu manusia pun yang
pernah atau bahkan berani melawannya seperti yang telah dilakukan pria aneh
yang sedang berdiri didepannya
“
Aku adalah kematianmu” sahut Mo lantang seraya mengayunkan kapaknya dengan
cepat. Kepala Moroi itu hampir tertebas jika saja tidak menghindar tepat waktu.
Terjadi pertarungan yang cukup sengit antara Mo dengan si Moroi. Tak lama
kemudian, si Moroi terlihat kehabisan tenaga karena luka yang dideritanya. Mo
pun langsung memanfaatkan hal itu. Secepat kilat dia melompat kebelakang Moroi
itu kemudian menebas lehernya dari belakang hingga kepalanya terpental beberapa
meter dari tubuhnya.
Seketika
itu pula tubuh si Moroi terbakar hebat. Mo mengambil kepala si Moroi kemudian
melemparkannya kedalam kobaran api. Mo menatap kobaran api itu tanpa ekspresi.
Cahaya api merah berkilat-kilat dimatanya. Ini adalah Moroi kelima yang ia
temui selama sebulan terakhir. Itu mengindikasikan bahwa jumlah Moroi meningkat
di Jerman. Dan itu bisa menjadi sangat buruk sekali bagi manusia.
#####
Berchtesgaden, keesokan paginya.
Mo bangun dengan
serangan migrain yang cukup merepotkan meski ia tidak bermimpi buruk semalam. Dengan
agak tertatih ia berusaha bangkit dan menuju kamar mandi. Dia mencuci mukanya
diwastafel untuk menyegarkan diri. Dia melihat kearah cermin. Memandang dirinya
yang ‘aneh’. Dia sedang tidak sakit atau semacamnya,tapi kulitnya setingkat
lebih pucat dari rata-rata kulit orang Eropa. Dan perpaduan rambut silver
dengan mata hitam, bukan penampilan kebanyakan orang Eropa yang cenderung
bermata hijau atau biru.
Saat
kecil,Mo mewarisi rambut coklat ayahnya dan mata hijau ibunya. Tapi suatu hari
dia menderita penyakit yang aneh, yang membuatnya hampir mati. Beruntung ia
masih bisa hidup meski konsekuensinya warna rambut dan matanya berubah drastis.
Mo
membuka kotak obat yang berada dibalik cerminnya kemudian mengambil beberapa
tablet aspirin. Akhir-akhir ini dia menjadi lebih addicted pada aspirin karena
migrainnya. Ebert telah menyuruhnya ke dokter, tapi Mo tidak mengindahkannya.
“Mungkin aku benar-benar harus ke dokter” gumamnya.
Perburuan
semalam lumayan menguras tenaganya karena Moroi itu berusaha melarikan diri.
Sebenarnya mudah saja membunuh Moroi bila ia sedang tidak bersama kawanannya.
Mo harus mempersiapkan tenaga ekstra bila harus melawan 2-3 Moroi sekaligus
tapi dia bersyukur dia masih tetap hidup.
“
Guten morgen. Saya baru saja akan membangunkan Anda” sapa Ebert saat dia
berpapasan dengan Mo dikoridor yang menuju kamar Mo.
“
Morgen~ I see. Why?” balas Mo ramah, pandangan Mo tertuju pada sebuah koran
yang dibawa Ebert.
“
Anda baik-baik saja? Anda tampak kurang sehat” tanya Ebert khawatir ketika menyadari
muka Mo berubah pucat.
“
I’m fine. Hanya sedang migrain sedikit”
“ Really?
Oh~ Saya ingin menunjukkan ini kepada Anda” Ebert pun menunjukkan koran yang ia
bawa pada Mo. Sebuah koran lokal edisi pagi ini. Mo sangat terkejut ketika
membaca headline news dihalaman depan koran itu.
“
Seorang pria yang belum diketahui identitasnya ditemukan tewas mengenaskan
dengan penuh luka disekujur tubuhnya dihutan tak jauh dari Bad Reichenhall.
Polisi menduga binatang buas telah menyerang pria ini tadi malam. Hingga saat
ini polisi masih menyelidikinya. Warga diminta waspada”
“Bagaimana
menurut Anda?” tanya Ebert. Pria itu memandang Mo penasaran. Mo menatapnya
bingung. Sebenarnya dia bingung bagaimana harus menjelaskannya pada Ebert meski
secara garis besar Ebert tahu apa yang terjadi.
“
Itu bukan serangan binatang buas” akhirnya Mo hanya menjawab seperti itu dan
berharap Ebert paham.
“Aku
tidak menyangka akhirnya mereka sampai disini” Mo melanjutkan. Nada suaranya
terdengar getir. Seakan dia baru saja menerima kabar bahwa kiamat akan terjadi
besok.
“
Kenapa aku tidak menyadarinya? Shit!” Mo mengumpat pada dirinya sendiri yang
terlambat menyadari kehadiran mereka di Berchtesgadener Land. Selama ini ia
memburu mereka hampir diseantero Jerman dan Austria tapi Berchtesgadener Land
selalu aman dan tidak terjamah oleh mereka. Tapi berita pagi ini cukup menjadi
tamparan bagi Mo.
“
Ini bukan kesalahan Anda. Anda sudah melakukan yang terbaik” Ebert berusaha
menenangkan Mo layaknya seorang ayah. Dukungan dari sebuah keluarga menjadi hal
yang sangat dirindukan Mo. Dan Mo bersyukur dia masih bisa mendapatkannya dari
Ebert.Namun, gurat penyesalan masih terlihat diwajah Mo. Selama ini dia
berusaha untuk membasmi mereka dari tanah Jerman setidaknya. Tidak ada yang
tahu perjuangannya kecuali Ebert. Mo memang tidak ingin tindakannya itu
diketahui orang lain dan menimbulkan kehebohan yang mungkin akan berujung
menjadi kepanikan massa.
“
Aku harus ke dokter sepertinya. Migrainku ini membuatku kurang fokus maka hal
ini pun terjadi. Sangat merepotkan” keluh Mo. Seharusnya ia mendengarkan saran
Ebert untuk segera kedokter. Mungkin hal ini dapat dicegah bila ia tidak
tersiksa dengan migrainnya.
#####
Pohon-pohon
cemara dan pinus menjulang tinggi diseantero Black Forest. Tumbuh berdekatan
dan hampir rapat satu sama lain, hingga sinar matahari hampir tidak bisa
menembusnya. Di Black Forest, Max bisa berjalan dengan mudah saat siang hari
meski sebenarnya sinar matahari tidak terlalu merepotkan bagi seorang Strigoi
sepertinya.
Dia
tiba diatas sebuah jurang batu yang cukup terjal tapi tidak terlalu tinggi.
Didasar jurang ada sebuah lubang yang cukup besar yang bisa dilewati orang
dewasa. Max melihat kebawah kemudian memanggil seseorang,
“Hei!
Keluarlah! Aku tidak mau masuk ke lubang tikus itu!”
Tak berapa lama kemudian seseorang muncul diikuti
dua orang lainnya dari dalam lubang. Tiga orang pria dengan usia yang hampir
sebaya dengan Max. Gerak gerik mereka terlihat kaku dan ragu. Beberapa kali
mereka memandang sekeliling, untuk menghindari pancaran sinar matahari walaupun
hanya sedikit. Mereka adalah Moroi. Tingkat kesensitifan mereka terhadap sinar
matahari jauh lebih serius daripada Strigoi.
“Sergei
telah tewas!” seru Moroi yang pertama kali keluar kepada Max. Mukanya terlihat
sangat marah. Tapi Max tampak tenang. Dua orang Moroi yang lainnya berjalan
memutari Max, hingga mereka bertiga dalam posisi mengepung Max.
“Itu karena dia bodoh.
Kalian juga akan sepertinya bila tidak memakai otak kalian untuk melawannya.
Lagipula ia tidak sepenuhnya Lycan, mestinya kalian bisa membunuhnya dengan
mudah.” ujar Max enteng. Ketiga Moroi itu menyeringai, seolah tak terima dengan
kata2 Max.
“Aku telah mengirimkan
mayat seseorang ke Berchtesgadener Land, di dekat tempat tinggal Lycan itu, pasti
sebentar lagi ia akan panik. Kalian harus bisa mengambil kesempatan saat itu
terjadi.” lanjut Max. Ketiga Moroi itu menyeringai marah namun tetap tak
berbuat apa-apa.
“ dan ada indikasi
Dhampir di Oslo. Olic, aku ingin kau mencari tahu tentangnya kemudian
menghabisinya. Jangan gegabah dan membuat kekacauan dikota. Itu malah akan
menyusahkan kita. Mengerti?” kata Max pada Moroi yang ada didepannya. Moroi itu
diam saja dan masih tetap memandang sinis kearah Max dengan mata hitam
pekatnya. Dia menyeringai hingga taringnya terlihat berusaha menakuti Max,meski
ia tahu itu percuma.
Kedua
temannya memandang ke arah Olic. Mereka saling berpandangan kemudian
mengangguk. Olic pun menjawab,
“
Baiklah “
“ Dan
kalian berdua, tetap disini dan awasi Lycan itu. Jangan bunuh dia. Dia milkku
sekarang.” kata Max pada dua Moroi dibelakangnya
Max menyeringai puas.
Dia senang misinya akan berjalan mulus. Dia telah mengirimkan beberapa kawanan
Moroi hampir keseluruh dunia untuk memburu para Dhampir-anak dari Moroi dan
manusia-yang menurut dia dan kelompoknya merupakan “anak haram” yang seharusnya
tidak boleh lahir.
Max cukup terkejut ada
Dhampir yang memiliki darah Lycan seperti pria berambut silver yang telah
membunuh Sergei semalam. Namun Max tidak tahu bagaimana kisahnya hingga pria
itu memiliki darah Moroi dan Lycan ditubuhnya.
“Anehnya aku hampir
tidak bisa mengenali baunya sebagai Dhampir kecuali aku sudah berada sangat
dekat dengannya. Darah Lycan-nya terlalu mendominasi. Siapa dia sebenarnya?”
batin Max penasaran.
#####
Munich
Mo tiba di
kantornya-sebuah perusahaan real estate yang cukup ternama di Munich- tepat
pukul 9: 45 pagi. Hari itu dia akan menghadiri rapat pemegang saham yang akan
diadakan pada pukul 10 pagi. Keluarga Jung memiliki hampir setengah saham
disitu,tapi kehidupan sebagai eksekutif bukan merupakan favorit Mo. Makanya dia
hanya ke kantor saat diundang rapat oleh dewan direksi atau bila ada urusan
mendadak. Dia lebih suka mengurusi hotel2nya di Berchtesgadener Land, sementara
seluruh kegiatan dan perkembangan perusahaannya di Munich, ia percayakan pada
Phillip-sahabatnya yang juga salah satu direktur disitu.
“
Tumben kau tidak telat” sapa Phillip saat pria itu menyambut Mo yang baru saja
turun dari mobilnya.
“
So~ aku dapat traktiran makan siang kalau begitu” Mo menyeringai kearah
Phillip. Keduanya tertawa kecil. Beberapa pasang mata mengikuti Mo dan Phillip
saat mereka menuju ruang rapat. Mo mungkin bukan pria paling tampan di Jerman,
tapi dengan tubuh yang tinggi dan tegap serta pakaian eksekutifnya yang
cenderung santai,dia cukup menjadi pusat perhatian khususnya para pegawai
wanita.
“
Kenapa kau tidak mengurus sendiri urusan disini? Kau cukup punya banyak
penggemar disini” kata Phillip sambil menyikut perut Mo pelan.
“
Lalu membiarkanmu menjadi pengangguran? Oh. Kurasa itu ide bagus” Mo tertawa.
Phillip merengut kemudian menyikut perut Mo lagi,kali ini agak keras. Mo
terdengar mengaduh pelan.
“
Pokoknya Natal tahun ini,kau harus mengenalkan pacarmu padaku” kata Phillip. Mo
terlihat terkejut kemudian memandang sahabatnya itu.
“
Heh! Kenapa aku harus mengenalkannya padamu?” protes Mo.
“
Memang kau punya pacar?” Phillip meledek. Dia sudah bersahabat dengan Mo sejak
SMP dan Mo selalu punya kisah cinta yang lebih mengenaskan daripada dirinya.
Beruntung dia sudah menikah dengan gadis idamannya dan kini tengah menunggu
kelahiran anak pertama mereka.
“
Tidak sih. Tapi bila punya pun, aku tidak akan mengenalkannya padamu. Aku hanya
akan mengenalkan calon istriku nanti. Jadi bersabarlah kawan” ujar Mo riang
sambil menepuk bahu Phillip yang berpostur lebih pendek darinya.
“
Eh?! Apa bedanya? Dasar bodoh!” balas Phillip seraya memukul pelan bagian
belakang kepala Mo.
“
Kalau pacar belum tentu ku nikahi, tapi kalau calon istri sudah pasti ku nikahi
” jawab Mo mantap. Phillip hanya geleng-geleng kepala mendengar jawaban
sahabatnya itu tapi dia tahu Mo serius mengatakannya. Sepengetahuan Phillip, Mo
jarang menjalin hubungan serius dengan wanita di Munich. Jangankan pacaran,
saat berhadapan dengan seorang wanita pun sikap Mo sangat kaku. Phillip berani
bertaruh kalau Mo belum pernah tidur dengan seorang wanita.
“
Jangan-jangan kau gay!” Phillip berseru pelan
“Jangan
ngomong macam-macam!” Mo membekap mulut Phillip. Phillip melepaskan bekapan
tangan Mo kemudian tertawa terbahak-bahak
“Enak
saja! Aku masih normal!” lanjut Mo lagi. Dia tidak percaya sahabatnya sendiri
menganggap dia gay. Memang selama ini dia tidak pernah menjalin hubungan serius
dengan wanita. Mungkin hanya sekedar makan malam, pergi ke bioskop dan
semacamnya. Selama ini para wanita mendekatinya hanya karena kekayaannya.
Sedangkan Mo butuh lebih dari itu. Dia butuh wanita yang bisa menerima
kekurangannya dan juga kutukannya.
#####
“Finally!!!
Holidays!!!” seru JMin riang saat menyelesaikan tugasnya di Munich. Beberapa
hari sebelumnya ia telah mengunjungi Hamburg untuk tugas reportasenya tentang
butik-butik yang menjual barang-barang mewah dan perhiasan di kota pelabuhan
paling terkenal di Jerman itu.
Dia juga sudah
menyelesaikan artikelnya tentang museum coklat di Cologne. Tidak lupa ia
memotret Hohenzollern Bridge yang terbentang diatas sungai Rhein, karena ada
hamparan gembok disepanjang jembatan, mengingatkan ia akan tradisi gembok cinta
yang pernah ia dengar saat mengunjungi Seoul bersama Jessica beberapa tahun
lalu.
JMin sengaja tidak
membongkar semua barang bawaannya karena ia akan pergi ke Berchtesgadener
Land begitu tugasnya di Munich selesai.
JMin sudah pernah ke Jerman beberapa kali,tapi belum pernah mengunjungi daerah
Berchtesgadener Land diselatan Jerman. Karena itu, liburan yang ia dapatkan
kali ini, ia manfaatkan untuk menikmati keindahan alam pegunungan Bavarian Alps
yang terbentang di Berchtesgadener Land.
Hari sudah menjelang
sore,tapi JMin memilih untuk berjalan-jalan di Englischer Garten yang terletak
dipusat kota. JMin selalu mengunjungi taman ini bila ia ke Munich. Salah satu
taman favoritnya karena didekat taman itu ada Haus der Kunst (House of Art)
sebuah museum seni yang terletak di Prinzregentenstrasse Avenue. Meski bukan
seniman tapi JMin adalah penikmat seni. Dia bisa betah berlama-lama mengagumi
lukisan-lukisan indah di Haus der Kunst.
Setelah selesai
mengunjungi Haus der Kunst, JMin menuju Eisbach-sebuah sungai buatan kecil yang
terletak tak jauh dari Englischer Garten. Udara cukup dingin, JMin memilih untuk
duduk dipinggiran sungai, menikmati pemandangan sungai buatan yang indah itu
sambil beberapa kali memotretnya.
Beberapa peselancar
sungai tengah berkumpul ditempat yang tak begitu jauh dari tempatnya. Mereka
bersiap untuk “berselancar” di Eisbach tapi berbeda dengan para peselancar di
laut, para peselancar sungai Eisbach ini harus menggunakan pakaian lengkap
karena udara yang cukup dingin tapi mereka cukup menikmatinya. Beberapa turis
mengambil foto2 para peselancar itu. Arus sungai yang cukup deras membuat
Eisbach merupakan sarana favorit bagi peselancar yang ingin menikmati
pengalaman baru yaitu berselancar disungai.
Menjelang malam, JMin
pun kembali ke hotel. Lobby hotel lumayan ramai saat JMin masuk. Jumlah turis
meningkat cukup signifikan saat musim liburan tiba.
“ Miss Shaw “ seseorang
memanggil JMin. JMin menoleh kearah suara panggilan itu. Seorang wanita berusia
hampir 40an menghampiri JMin. Wanita itu memakai blazer dan rok hitam lengkap
dengan badge nama hotel tempat JMin menginap yang melingkari lengan kirinya
“Ya?” jawab JMin
singkat
“ Orangtua Anda
menelpon dari Inggris. Mereka meminta Anda untuk menelpon balik” katanya dengan
jelas. Wanita itu cukup fasih berbahasa Inggris.
“Oh. Okay~ thanks” ujar
JMin sambil tersenyum kemudian pergi.
JMin meletakkan mantelnya begitu saja ditempat tidur
saat ia sudah tiba dikamarnya. Dia langsung meraih telepon dan memencet nomor
telepon orangtuanya di Derbyshire
“
Hello” terdengar suara ibunya diujung telepon
“Hello
Mom. It’s me” jawab JMin.
“Honey~
how are you? Ibu dengar kau sedang di Jerman sekarang. Kenapa tidak menelpon
kami sangat kau berangkat nak?” seperti biasa, ibunya selalu khawatir.
Sebenarnya ibunya tidak mengijinkannya pergi ke Edinburgh karena jauh, tapi
JMin bersikeras karena ingin mencari pengalaman baru
“
I’m fine Mom. Don’t worry about me. How about you and Dad?”
“
We’re fine dear. Ayahmu sedang pergi kerumah Mr.Courtney. Pak tua itu sedang
sakit lagi sekarang. Sungguh kasihan”
“
Oh~ it’s bad. I hope he’ll get well soon. Mom, aku harus pergi sekarang. Biaya
telponnya agak mahal disini”
“
Honey~ jagalah kesehatanmu Nak. Hati-hatilah. Honey~ you know, I have bad
feeling about you. I hope nothing bad will happen to you” suara ibunya
terdengar makin cemas
“
Okay. I’ll be fine Mom. I’ll take care myself”
“Promise?”
“
Yes, I promise”
“ I
love you my dear”
“ I
love you too Mom” kata JMin kemudian menutup teleponnya
#####
Jauh di kedalaman hutan Transylvania yang berkabut
tebal
Max
selalu suka bila kembali ke Transylvania. Dia sudah menjelajahi seluruh kota di
dunia tapi Transylvania selalu menjadi favoritnya terutama hutannya.
Kemisteriusan Black Forest di Jerman mungkin menyamai hutan di Transylvania,
tapi kabutnya,anginnya dan aromanya sangat berbeda.
Max
memasuki hutan semakin dalam. Suasana hutan menjadi semakin gelap meski di
siang hari. Max melewati rangkaian tebing curam dengan jurang yang tampak tak
berujung karena tertutup kabut. Dibalik tebing-tebing itu ada sebuah kastil
batu yang tidak cukup besar namun telah berdiri kokoh selama berabad-abad
Bukan.
Bukan kastil Vlad Dracula yang terkenal itu. Tak ada seorang manusia pun yang
tahu tentang keberadaan kastil itu karena manusia biasa tak akan mampu menempuh
perjalanan hingga ke daerah tebing itu. Tidak ada penjaga yang menjaga pintu
masuk kastil itu, tapi Max bisa dengan mudah membuka pintu batu yang cukup
kokoh itu. Keadaan kastil lumayan gelap, hanya nyala obor yang menerangi setiap
sudut dan koridor kastil.
Max
menaiki tangga yang terletak di koridor kanan. Dia melalui lorong-lorong yang
cukup sempit hingga menemukan sebuah pintu besi diujung lorong. Dia mengetuk
dua kali pintu itu, setelah terdengar jawaban dari dalam barulah ia masuk
kedalam. Ruangan itu lumayan besar dibanding semua ruangan lain dikastil itu.
Ruangan yang berbentuk bundar dengan sebuah meja bundar ditengah-tengahnya dan
8 kursi yang mengelilingi meja itu. Selain pintu Max, ada 7 pintu lainnya yang
berasal dari lorong-lorong yang berbeda.
“Maaf
aku terlambat” kata Max dengan nada formal. Di ruangan itu telah ada tiga pria
lain yang telah menunggu Max.
“Duduklah”
kata Decebal. Max pun duduk disebelah saudara kembarnya,Marcus. Ruangan itu
cukup terang dibanding ruangan lain. Meski tidak berjendela, tapi ruangan ini
cukup dingin. Ada sebuah kain besar terbuat dari sutra yang terpasang
dibelakang salah satu bangku yang terlihat lebih megah dari bangku yang lain.
Tepi kain itu didenim dengan benang emas berkualitas bagus. Kain itu bertuliskan
huruf S dengan tiga gambar ular cobra kecil yang mengelilingi huruf tersebut.
Bila diperhatikan dengan seksama,ketiga ular tersebut memiliki warna yang
berbeda. Merah,ungu dan biru.
“Constantine,
Jay dan Reus telah berkhianat. Mereka lebih memilih untuk berpihak pada manusia
daripada kaumnya sendiri” tanpa berlama-lama Decebal pun menjelaskan alasannya
memanggil para saudara Strigoi-nya ke Transylvania. Dia sudah benar-benar marah
saat ini ketika tahu ketiga saudaranya berkhianat.
“Mereka
diam-diam menjalin kerjasama dengan gereja untuk melawan kita” lanjut Decebal
dengan geram. Pria itu mengepalkan tangannya dengan kuat. Semua orang yang ada
diruangan itu terdiam mendengar kata-kata Decebal. Max tiba-tiba teringat
ramalan Lad, bahwa akan terjadi perubahan yang besar di dinasti Strigoi saat
ini dan manusia berperan didalamnya. Max penasaran dengan maksud Lad saat itu,
tapi Lad lebih dulu menghilang sesuai dengan kebiasaannya.
“Aku
menemukan seseorang yang menarik. Seorang gadis manusia” Marcus membuka suara.
Semua orang kini memandang kearah Marcus penasaran.
“Aku
tidak bisa mengenalinya sebagai Dhampir bila aku tidak berada sangat dekat
dengannya. Dan dia memiliki tingkat kesensitifan yang lebih baik dari
senormalnya Dhampir” Marcus melanjutkan. Max tertegun, fakta yang ditemui
Marcus sama dengan fakta yang ia temui di hutan Jerman, fakta tentang Lycan
berambut silver itu.
“
Lycan itu juga. Dia juga seorang Dhampir, tapi aku baru bisa mengenalinya
sangat berada cukup dekat dengannya.” sahut Max. Dia cukup heran saudaranya
menemui kasus yang sama.
“
Mungkinkah?” Dougal yang sedari tadi diam mulai angkat bicara. Dia
memegang-megang dagunya seolah sedang memikirkan sesuatu.
“Mungkin
apa?” tanya Decebal penasaran
“Mungkin
darah mereka adalah Strigoi makanya kita hanya bisa mengenali mereka dari
dekat” Dougal mengungkapkan pemikirannya. Max dan Marcus tampak sangat
terkejut. Begitu pula dengan Decebal.
“
Dan Moroi tidak bisa mengenali mereka sebagai Moroi atau Strigoi” lanjut Max.
“
Bagaimana kau tahu? “ Decebal bertanya
“
Kelompok Moroi yang aku suruh menghabisi Lycan itu tidak bisa mencium sama
sekali darah Strigoi yang mengalir ditubuh Lycan itu padahal Moroi bisa
mengenali kita” Max menuturkan teorinya. Semuanya menyimak dengan baik teori
Max. Moroi mempunyai kontrak kuat dengan Strigoi. Mereka harus selalu patuh
pada Strigoi atau akan menerima hukuman yang terburuk.
“
Tunggu dulu, jika gadis manusia dan Lycan itu memang benar memiliki darah
Strigoi, darimana mereka mendapatkannya” Marcus bertanya-tanya
“ Pasti mereka memiliki
andil dalam hal itu ” cetus Dougal. Dia yakin Constantine, Jay dan Reus tahu
tentang itu atau bahkan yang merencanakan semua itu. “Constantine cukup paham
dengan kekuatan Lycan karena peristiwa 50 tahun lalu, pasti dia yang
merencanakannya. Tapi bagaimana dengan gadis manusia itu? darimana dia
mendapatkan darah Strigoinya?” batin Dougal penasaran
#####
Hari
hampir senja ketika Reus berjalan-jalan disekitar kaki pegunungan itu. Reus
merapatkan mantelnya kemudian memasukkan kedua tangannya kedalam saku. Dia tahu
kalau udara cukup dingin karena kabut tebal mulai menyelimuti pegunungan itu.
Sebenarnya dia tidak perlu melakukan itu, karena ia tidak merasakan apapun.
Tapi kini dia berada ditengah-tengah lusinan manusia, sehingga ia harus
bersikap seperti mereka bila tidak ingin dicurigai.Beberapa turis terlihat
berjalan kearah sebaliknya, ke arah kota untuk segera pulang.
Reus
menyusuri jalanan yang agak mendaki. Sudah semakin sedikit turis yang berada di
titik dimana ia berada sekarang. Reus berhenti sejenak, bersikap seolah sedang
mencari seseorang meski sebenarnya ia sudah tahu dimana keberadaan orang yang
ia cari. Reus pun menghampiri seseorang yang mengenakan mantel biru tua yang
cukup tebal yang sedang berdiri membelakanginya.
“Jay
belum datang?” tanya Reus sambil melihat sekeliling. Pria itu diam saja dan
tetap menatap kearah kota Belluno yang mulai menampakkan cahaya lampu
berwarna-warni.
“JMin
sedang berada di Jerman sekarang” kata Reus lagi mencoba menarik perhatian
Constantine-pria itu. Dan Reus berhasil, Constantine kini memandang kearahnya
“
Urusan ini sungguh merepotkan sebenarnya “ Constantine mendengus. Wajahnya
tampak gusar. Usia Constantine mungkin tidak terlalu jauh dari Jay dan Reus,
tapi karisma pria itu sanggup membuat Jay dan Reus begitu menghormatinya
selayaknya seorang ayah.
“
Kita tidak harus melindunginya kan?!” ujar Reus polos. Sebenarnya dia tidak
suka dengan JMin karena sejak kelahirannya, Jay menjadi super perhatian pada
gadis itu. Dan itu membuat Reus kesal karena beberapa kali membuat Jay
melakukan hal yang ceroboh. Dan Reus sangat tidak bisa mentolerir kecerobohan
apalagi itu bagi seorang Strigoi seperti Jay.
“
Lalu untuk apa kau memberi tahu kalau JMin sedang berada di Jerman sekarang?”
Constantine balik bertanya. Wajah Reus memerah,dia tidak bisa menjawab
pertanyaan Constantine dan malah menunduk. Constantine tertawa kecil melihat
tingkah Reus.
“
Dalam hatimu yang terdalam, kau juga menyayangi JMin kan?!” goda Constantine.
Reus terbelalak.
“Ti-ti-tidak!
Kenapa aku harus sayang padanya?” Reus membantah dengan sikap yang kaku. Dia
memang tidak pandai melakukan hal itu. Berbeda dengan Jay yang bisa meniru
hampir semua ekspresi manusia, Reus terkesan lebih kaku. Sehari-hari dia
terlihat tanpa ekspresi.
“Sayang
pada siapa?” Jay tiba-tiba sudah berada disebelah Constantine. Dia memakai topi
rajut hitam dan jaket hitam tebal. Reus langsung memalingkan muka dari kedua
temannya,berusaha mengatur ekspresinya.
“
JMin sedang berada di Jerman sekarang” Constantine mengulang kalimat Reus untuk
memberitahu Jay.
“
Dan kau tahu, Max baru saja dari sana. Kemungkinan besar ia bisa mengenali
JMin” Reus menambahkan. Kali ini ekspresinya serius.
“Apa?
Aku harus ke Jerman sekarang!” seru Jay kemudian bersiap melakukan flit. Namun
Constantine lebih dulu mencegahnya.
“
Tunggu dulu. Jangan gegabah”
“
Reus, kau yakin Max menyadari kehadiran JMin?” Constantine berbalik kearah
Reus. Jay juga kini memandang kearah Reus
“
Aku tidak tahu. Saat itu aku melihat JMin di Munich dan saat aku kembali ke
Black Forest, aku mencium jejak Max sedikit. Itu artinya dia belum lama
meninggalkan Black Forest kan?!” tutur Reus.
“
Iya! Dan itu gawat!” seru Jay cemas. Dia benar-benar cemas, saat tahu Max dan JMin
ada di Jerman meski ada kemungkinan kalau Max tidak mengenali JMin. Tapi Max
pasti menyadarinya walau sesaat.
“Kalau
Max belum mengenali JMin, kita harus melakukan sesuatu untuk mennyembunyikan
bau JMin sehingga mereka tidak bisa mengenalinya.” Constantine member saran
“
Tapi dimana? Tidak mungkin kan kita menculiknya?!” kata Reus
“
Kita bawa dia ke Lycan itu. Bau Lycan akan menutupi bau JMin” Constantine
menjawab mantap.
“
Tidak! Aku tidak mau JMin berdekatan dengan Lycan itu! Lebih baik kita bawa saja
JMin bersama kita” bantah Jay. Dia tidak setuju dengan ide Constantine untuk
membawa JMin ke tempat Lycan itu. Jay tidak mau JMin berdekatan dengan Lycan
itu.
“
Kau ingin JMin terbunuh? Kita tidak bisa begitu saja muncul didepannya lalu
membawanya pergi. Mereka pasti tahu dan itu malah akan berbahaya” sergah Reus.
Jay terdiam. Dia tidak bisa berpikir jernih sekarang. Baginya yang terpenting
sekarang adalah keselamatan JMin. Apapun yang akan terjadi, dia akan melakukan
apa saja agar JMin tidak terluka.
[
to be continued ]
by @hiki0717
Glosarium
1. Black
Forest : Hutan hitam ( Schwarzwald ) adalah salah satu hutan lebat yang
terletak di Jerman.
2. Moroi
: Mortal Vampir. Manusia yang sengaja digigit oleh Strigoi untuk dijadikan
bawahan
3. Strigoi : Immortal Vampir atau bisa disebut vampire
generasi pertama
4. Lycan
: Werewolf
P.S :
1. Phillip adalah Phillip Lahm ( FCBayern Munich’s
captain ) rasanya kurang lengkap kalo ga masukin orang Jerman asli XD
2. Vincet kalo ga salah adalah western name-nya
Sungmin. Bener ga?!^^
3. Max : Shim Max Changmin
4. Marcus : Marcus Cho Kyuhyun
kak hiki buruan lanjutin ffnya hahaha gak sabar <333
ReplyDeleteoya ini minu sayang jmin gak lebih dari adek kan?? *mulai jeles*
Hhahahahahha...
ReplyDeleteGood job hik!!
Suka ama ide n Alur critanya. And yes, vincent is my lovely husband's name. Vincent lee..
Lagi2 suami2ku kau pasangkan ama kmbaranku hahahA
huwaaaa...
ReplyDelete3 kata aja:
underworld - twilight - vampire knight